Masyarakat Thailand dikenal amat sopan. Bila berjumpa dengan seseorang ia akan memberi salam wai. Yaitu menangkupkan kedua telapak tangannya di dada disertai dengan sedikit membungkukkan badan. Semakin mendekati wajah tangkupan tangan dan semakin membungkuk badannya, artinya semakin dalam salam yang disampaikan.
Jika perempuan, ia akan melakukan salam wai sambil mengucapkan kata sawdee kha (dibaca: sawatdi ka). Sedangkan laki-laki mengucapkan sawadee krap (dibaca sawatdi krap). Kata sawatdi diciptakan pada pertengahan tahun 1930 oleh Phraya Upakit Silapasan dari Univesitas Chulalingkorn. Kata Sawatdi berasal dari kata Sansekerta “svasti” yang artinya sejahtera. Awalnya kata sawatdi hanya digunakan sebagai kata pembukaan dalam prasasti. Pada awal tahun 1940-an pemerintah pempromosikan penggunaan kata sawatdi sebagai bagian dari budaya Thailand.
Penduduk Thailand awalnya hanya melakukan salam wai saat bertamu. Yaitu sebelum memasuki rumah orang dan saat pamit mau meninggalkan rumah orang. Kini salam wai digunakan untuk berbagai kesempatan. Untuk berterima kasih, meminta maaf, menyapa, dan masih banyak lagi. Melakukan wai sudah menjadi tradisi di sana.
Jika kita mendapat salam wai dari seseorang, kita membalasnya dengan salam wai juga. Tetapi banyak wisatawan yang tidak tahu. Mereka biasanya membalasnya dengan tersenyum atau menganggukkan kepala. Itu pun sudah dianggap cukup.
Selain di Thailand, salam wai banyak dilakukan oleh penduduk Asia Tenggara. Tapi namanya beda-beda. Di India disebut Anjali Mudra atau Namaste. Sedangkan di Kamboja disebut Sampeah.
Foto: Public Domain
Menuju Dua Dekade, National Geographic Indonesia Gelar Pameran Foto Sudut Pandang Baru Peluang Bumi
Penulis | : | Aan Madrus |
Editor | : | Vanda Parengkuan |
KOMENTAR