Saturnus merupakan planet terbesar kedua dalam tata surya dan salah satu planet yang terkenal memiliki cincin. Saturnus (Saturn) merupakan planet keenam dari Matahari dan berjarak 1.429 miliar kilometer. Masa evolusi Saturnus adalah 29.46 tahun, oleh karena itu planet ini akan berada pada satu garis lurus dengan bumi dan matahari setiap 378 hari sekali.
Bukan hanya Saturnus yang memiliki cincin
Meski planet ini terletak agak jauh dari matahari, tapi pada awalnya Saturnus merupakan satu-satunya planet yang tampak memiliki cincin. Padahal, sebenarnya ada beberapa planet lain yang juga memiliki cincin, lo!
Planet lain yang juga memiliki cincin misalnya Uranus, Jupiter, dan Neptunus. Bedanya, cincin milik planet lain tidak bisa diamati dengan mudah dari bumi, sehingga pada zaman dulu manusia tidak bisa mengetahuinya.
Galileo pengamat cincin Saturnus
Galileo adalah orang yang pertama kali mengamati cincin Saturnus, tepatnya pada tahun 1610. Pada masa itu tidak ada teleskop yang canggih seperti sekarang, sehingga hasil pengamatannya masih sangat terbatas. Kemudian, manusia terus mengadakan pengamatan terhadap Saturnus hingga menemukan hal-hal baru.
Bongkahan batu dan es pada cincin Saturnus
Ratusan tahun setelahnya, sebuah wahana antariksa bernama Voyager memotret cincin yang melingkari Planet Saturnus dari jarak dekat. Dari hasil foto inilah, diketahui bahwa cincin Planet Saturnus terdiri dari batu, bongkahan batu, serta es yang sangat banyak. Jumlahnya mencapai milyaran. Ukurannya berbeda-beda, dari yang paling mungil hingga yang raksasa. Ketebalan cincin Saturnus ini mencapai 300 kaki.
Cincin Planet Saturnus terdiri dari 7 lapisan. Sebagian cincin tampak lebih terang dibandingkan lapisan yang lainnya sehingga membuat bintang-bintang di sekelilingnya tampak redup. Bagian yang lebih terang ini adalah bagian yang lebih panas. Hal ini disebabkan oleh partikel yang lebih sedikit/tipis, sehingga matahari bisa menembusnya dengan mudah.
Pendapat lain tentang cincin Saturnus
Selain itu.ada yang berpendapat bahwa cincin saturnus tersebut merupakan bagian dari pecahan komet atau asteroid yang hancur dan kemudian tiba di Saturnus.
Penulis | : | Petronela Putri |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR