Jika kita membeli makanan untuk dibawa pulang, biasanya makanan dikemas dengan styrofoam, sebuah wadah ringan berwarna putih. Sebenarnya, aman tidak, ya, menyimpan makanan di dalam styrofoam?
Bahan yang Ringan
Penemu zat ini adalah sebuah perusahaan bernama Dow Chemical. Sebenarnya, styrofoam merupakan varian dari zat yang bernama polystyrene (PS). Syrofoam dibuat dengan proses yang melibatkan pencampuran gelembung udara. Hal inilah yang membuat styrofoam begitu ringan seperti busa.
Batas Aman
Pada proses pembuatan styrofoam, terdapat kemungkinan zat monomer stiren yang nantinya berpotensi tercampur dengan makanan. Maka dari itu, terdapat batas aman dalam penggunaannya untuk makanan.
Joint Expert Committee on Food Additives menyatakan nilai toleransi monomer stiren untuk manusia adalah 12,0 mg/orang/hari. Biasanya, orang-orang mengonsumsi 10 µg/orang/hari, sehingga masih jauh di bawah batas aman. Sehingga, styrofoam masih diperbolehkan untuk dipakai sebagai kemasan makanan.
Indonesia melalui Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) juga menetapkan batas konsumsi monomer stiren pada produk makanan. Sudah dilakukan penelitian mengenai penggunaan Styrofoam di Indonesia dan semuanya masih tergolong aman.
Namun, kita juga harus ingat, styrofoam merupakan salah satu bahan yang dapat mencemari lingkungan. Jika masih bisa menggunakan kotak makan, lebih baik kita menggunakan kotak makan daripada styrofoam.
Baca Juga: Makhluk Pemakan Styrofoam
Bahaya Jika Berlebihan
Jika penggunaan styrofoam berlebihan, maka konsumsi monomer stiren dalam tubuh bisa menumpuk dan merusak liver (organ hati). Akhirnya, fungsi liver menjadi tidak bekerja secara optimal dan berbahaya untuk tubuh.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah styrofoam sangat sulit diurai oleh tanah, sehingga menjadi bahaya untuk lingkungan, apabila tidak ada cara untuk mengolahnya kembali.
Teks dan Foto: Putri Puspita | Bobo.ID
Penulis | : | Putri Puspita |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR