Polusi udara menjadi hal yang berbahaya bagi kehidupan kita, lo. Tak hanya bisa membuat kita terserang banyak penyakit, polusi udara juga bisa memberikan efek buruk bagi otak kita.
Polusi Udara di Sekitar Kita
Tak hanya di negara maju, di negara-negara berkembang pun polusi udara sudah menjadi masalah, terutama di daerah pekotaan. Bahkan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB sudah memberikan tanda bahaya terkait masalah polusi udara ini.
UNICEF mencatat bahwa sekarang ini sekitar 12 juta anak-anak berusia di bawah 1 tahun yang tinggal di Asia dan Afrika terkena dampak buruk dari polusi udara yang membahayakan ini.
Bahaya untuk Pernapasan
Terlalu banyak menghirup udara kotor di sekitar kita dapat menyebabkan kita terserang penyakit terutama yang berhubungan dengan pernapasan, seperti asma, infeksi pada paru-paru, dan penyakit pernapasan lainnya.
Bahaya untuk Otak
Banyak penelitian yang juga menemukan bahwa polusi udara bisa berdampak buruk bagi perkembangan otak kita, lo. Partikel halus yang ada di udara kotor yang kita hirup bisa merusak selaput halus pelindung otak dari zat beracun.
Kalau selaput ini rusak, maka akan sangat berbahaya bagi otak. Kita tidak akan bisa mengingat hal terlalu banyak. Nilai-nilai pelajaran di sekolah juga akan menurun. Wah, kita tidak mau kan itu sampai terjadi.
Bahaya untuk Kulit
Nah, selain kita hirup, udara kotor juga bisa menempel pada bagian tubuh kita yang tidak tertutup pakaian, seperti tangan dan kaki atau bahkan muka kita. Kotoran dan racun yang pada udara bisa membuat kulit yang tidak terlindung dari pakaian menjadi kering karena kelembapannya hilang.
Pencegahan
Lalu bagaimana caranya supaya kita terhindar dari dampak buruk polusi udara? UNICEF menyarankan kita untuk menggunakan masker saat pergi ke luar rumah agar udara kotor bisa tersaring dan tidak masuk ke alat pernapasan kita.
Kita juga bisa menggunakan jaket atau baju berlengan panjang dan kaus kaki yang panjang agar bagian tubuh kita bisa tertutup pakaian sehingga udara kotor tidak menempel langsung ke kulit kita.
Penulis | : | Cirana Merisa |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR