Kawah Tengkurep adalah salah satu kawasan wisata ziarah di Kota Palembang. Kawan Tengkurep terletak di Kelurahan 3 Ilir, Kecamatan Ilir Timur Palembang, Sumatera Selatan.
Bukti Sejarah
Kawah Tengkurep adalah kompleks pemakaman yang menjadi bukti bahwa dahulu kala Kesultanan Palembang Darussalam itu pernah ada.
Kesultanan ini adalah sebuah kerajaan Islam yang dibentuk pertama kali oleh seorang bangsawan Palembang keturunan Jawa pada tahun 1659. Bangsawan tersebut bernama Sri Susuhunan Abdurrahman. Lalu pada 7 Oktober 1823, kesultanan tersebut dihapuskan keberadaannya oleh pemerintah kolonial Belanda
Kawah Tengkurep dibangun pada tahun 1728. Pembangunan ini berdasarkan perintah Sultan Mahmud Badaruddin I Jaya Wikramo. Selanjutnya ada pembangunan Gubah Tengah di kawasan pemakaman tersebut oleh Sultan Ahmad Najamuddin I Adi Kesumo.
Kenapa Disebut Kawah Tengkurep?
Kompleks pemakaman ini disebut Kawah Tengkurep karena atap makamnya berbentuk kubah atau mirip seperti kuali terbalik yang berwarna hijau. Dalam pengertian lain, kawah artinya kuali besar, sedangkan kata ‘tengkurep’ maksudnya tengkurap atau terbalik.
Kawasan Kawah Tengkurep
Pintu masuk di kompleks pemakaman ini berupa gapura yang menghadap Sungai Musi di arah selatan. Di dalam kompleks Kawah Tengkurep terdapat 4 cungkup. Cungkup adalah bangunan beratap di atas makan sebagai pelindung makam yang ada di sana. Empat cungkup tersebut terdiri dari, 3 cungkup makam para sultan dan 1 cungkup makam untuk putra-putri Sultan Mahmud Badaruddin, para pejabat serta untuk ketua prajurit kesultanan.
Lokasi makam ini sebenarnya tidak terlihat secara langsung karena ditutupi oleh kompleks peti kemas pelabuhan setempat. Sehingga kalau kamu ingin mengunjungi tempat ini, maka kamu harus memutar jalan sekitar 200 – 300 meter.
Perpaduan Budaya
Arsitektur makam yang ada di Kawah Tengkurep merupakan gabungan dari arsitektur Melayu, India, dan China. Perpaduan arsitektur budaya ini membuah Kawah Tengkurep menjadi sebuah objek wisata ziarah yang unik dan menarik.
Penulis | : | Yomi Hanna |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR