Bobo.id - Hai teman-teman, pasti sudah tidak sabar menunggu cerpen anak hari ini.
Cerpen anak hari ini bercerita tentang Li-El dan teman-temannya.
Yuk, kita baca cerpen anak hari ini.
---------------------------------------
Baca Juga : Dongeng Anak: Putri Cempaka dan Patungnya
Li-El ingin sepintar Andi dalam bermain catur. Tapi.... “Sepertinya seperempat jam lagi aku akan pingsan karena bosan,” keluhnya.
Li-El memandang Andi dengan sebal. “Suaramu merdu sekali.”
Andi melongo. Kenapa tiba-tiba Li-El mengatakan itu?
“Kamu jago main basket. Kamu disukai anak-anak karena pintar melucu,” sambung Li-El.
Andi bertambah bingung.
“Suaraku jelek sekali,” Li-El melanjutkan gerutuannya.
Andi meringis, merasa bersalah. Dia pernah meledek suara Li-El.
“Aku kalah dua kali, padahal baru seperempat jam main catur. Permainan basketku kalah jauh darimu,” lanjut Li-El panjang.
Baca Juga : Kenangan Indah yang Tertinggal di Halaman Belakang Rumah Nenek
Andi tertawa. Tapi sebelum dia menjawab, ada yang menyeletuk di belakang mereka.
“Pasti senang sekali main catur dengan anak hebat seperti itu.”
Li-El menoleh. Andi sedang membelalak padanya. Bukan Andi yang sedang bermain catur, melainkan Andi yang rumahnya dekat kompleks perumahan Li-El. Rupanya dia sudah datang dari tadi, tapi mungkin bersembunyi.
“Andi, ayo gabung. Kita kalahkan Andi,” ujar Li-El.
Andi dan Andi kebingungan.
“Oh, ya,” Li-El menepuk dahinya. Dia mengenalkan kedua temannya.
Kedua Andi berpandangan, baru sadar kalau nama mereka sama. Daripada repot, untuk sementara mereka mengubah nama panggilan. Andi teman sekelas Li-El dipanggil Nendra, Andi tetangga Li-El dipanggil Satya.
Akhirnya Satya bergabung dengan Li-El, melawan Nendra. Tapi Nendra memang hebat. Satya dan Li-El tetap saja kalah.
Setelah itu, kedua teman Li-El pergi ke kamar kecil. Lama mereka belum kembali. Akhirnya Li-El mencari keduanya. Di dengarnya suara keduanya dari teras samping.
“Gara-gara asyik bermain denganmu, Li-El jadi lupa kalau harus ke rumahku,” terdengar suara Satya.
Li-El menepuk dahinya.
“Mungkin Li-El lupa,” ujar Nendra.
Baca Juga : Cergam Bobo: Tutup Pintuuu!!!
“Ah, sudahlah,” tukas Satya kesal. “Bilang Li-El aku pulang.”
Buru-buru Li-El mendekat. “Maaf,” ujarnya sedih. “Gara-gara aku, kalian jadi bertengkar.”
“Bukan salahmu, kok,” Nendra cemberut memperhatikan Andi.
Li-El merenung bingung setelah kedua temannya pergi. Lama kemudian, baru dia menyadari sesuatu. Satya sebenarnya sama seperti dirinya. Tadi Li-El menyangka dirinya iri pada Nendra. Tapi sebenarnya dia kurang percaya diri. Nendra jauh lebih hebat dibanding dia, kenapa Nendra masih mau bersahabat dengannya?
Sepertinya Satya juga sama. Mungkin dia merasa kalah jauh dari Li-El. Dia bertanya-tanya, kenapa Li- El masih mau bersahabat dengannya?
Sorenya, Li-El pergi ke rumah Andi. Andi yang bernama lengkap Andi Satya Nugraha. Temannya itu sedang menyirami tanaman di depan rumah.
“Lebih baik kamu bermain dengan temanmu yang hebat itu!” sambut Andi ketus.
Li-El justru mengambil ember, lalu mengisinya dengan air. Sambil menyiram tanaman, dia minta maaf. Hari ini Li-El masih capek, kemarin pergi seharian. Dia jadi lupa sama sekali kalau berjanji datang ke rumah Andi. Kebetulan saja Andi yang lain datang, lalu mengajaknya main catur.
Andi kesal, kata-kata Li-El tidak nyambung dengan kata-katanya. “Kita jangan bersahabat lagi. Aku bukan anak hebat yang bisa dijadikan teman. Rumahku saja jelek sekali dibanding rumahmu.”
“Suaraku jelek sekali. Main catur juga tidak bisa. Tapi Nendra tidak keberatan bersahabat denganku. Dia tidak peduli sahabatnya sehebat dia atau tidak. Kalau bersahabat, ya bersahabat saja. Tidak harus sama,” Li-El mulai kesal.
Baca Juga : Hantu Pencopet
Ganti Andi yang terdiam sekarang.
“Susah sekali kalau hanya boleh berteman dengan anak yang rumahnya sama. Kalau rumahnya berlantai dua seperti rumahku, baru boleh berteman. Kalau begitu, aku tidak boleh lagi berteman dengan Tira. Soalnya dia tinggal di apartemen berlantai 20.”
Andi garuk-garuk kepala mendengar banjir kata-kata Li- El. Beberapa saat kemudian dia mengerti. Mereka memang berbeda. Rumahnya jauh lebih sederhana dari rumah Li-El dan Nendra. Tapi perbedaan itu tidak menghalangi persahabatan mereka kan?
“Kalau harus sama, aku juga tidak bisa berteman dengan Petra. Dia sangat suka Mickey, tapi aku suka Donald. Aku tidak bisa berteman dengan Dania. Dia benci warna pink, sementara aku ....”
“Iya, iya, aku mengerti! Maafkan sikapku tadi,” potong Andi cepat-cepat.
“Nanti aku juga minta maaf pada Nendra,” tambahnya setelah diam sebentar.
Baca Juga : Kue Dadar Lapis Madu
“Jadi kita tetap bersahabat?” senyum Li-El puas.
Andi mengangguk. “Ngomong-ngomong, itu kata-katamu sendiri?”
Li-El meringis malu. “Tadi aku curhat pada Mama. Aku mencontek semua kata-kata Mama.”
“Pantas. Tidak mungkin tukang ngambek seperti kamu bisa bijaksana seperti tadi,” Andi terlihat geli.
“Aku tukang ngambek?” protes Li-El, kesal. “Kamu yang tukang ngambek!”
Andi dan Li-El saling membelalak, sepertinya sama-sama siap ngambek!
Cerita: Maria Wiedyaningsih. Ilustrasi: Dok. Majalah Bobo
Penulis | : | Sepdian Anindyajati |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR