Oki jenuh bermain sendiri. Kini ia berbaring kesal di ruang main istana. “Main kereta, bosan. Main perang-perangan… tidak ada teman!” keluh Oki. Nirmala mengintip dari balik bukunya.
KUSSUSANI
Bangunan Korek Api
“Ki, lebih baik kau bantu kurcaci kecil membuat prakarya!” usul Nirmala. Mereka lalu pergi ke kelas kurcaci kecil. Waah, mereka sedang sibuk membuat bangunan dari korek api.
KUSSUSANI
Bangunan Korek Api
“Wah, untung kalian datang. Bantulah kurcaci lainnya!” ujar Pak ABC lega. Rupanya ia kewalahan mengajari kurcaci-kurcaci itu. “Hmm, bagus juga untuk menghilangkan bosan!” gumam Oki
KUSSUSANI
Bangunan Korek Api
Naaah, lihatlah! Korek api yang dilem itu bisa dibentuk jadi berbagai kerangka bangunan. “Buatanku paling bagus!” seru seorang kurcaci. “Aku lebih bagus!” seru kurcaci lainnya.
KUSSUSANI
Bangunan Korek Api
“Sudah, sudah! Semuanya bagus!” puji Nirmala. “Karena semuanya bagus, semuanya akan kusulap menjadi besar! Sim salabim!” Nirmala mengayunkan tongkat wasiatnya. Dan… “Waaah, jadi kerangka bangunan yang hebat!” seru para kurcaci. “Horeee…” mereka berlarian menaiki kerangka-kerangka itu.
KUSSUSANI
Bangunan Korek Api
Oki tak mau ketinggalan. Ia menaiki kerangka sususan kubus. “Terima kasih, Nir! Akhirnya aku dapat permainan yang tidak membosankan!” seru Oki dari atas. “Hati-hati, Ki!” seru Nirmala.
KUSSUSANI
Bangunan Korek Api
Sementara itu, Pak ABC mengawasi murid-muridnya. “Ayo, sambil bermain, hitunglah jumlah korek api yang dipakai!” ujarnya. “Satu, dua, tiga…” Para kurcaci asyik berhitung…
Artikel ini merupakan bagian dari Parapuan
Parapuan adalah ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.
PROMOTED CONTENT
REKOMENDASI HARI INI
10 Dampak Negatif Globalisasi bagi Kesenian Daerah, Materi Kelas 6 SD Kurikulum Merdeka
KOMENTAR