Ibu Haruko mempunyai dua anak bernama Eiko yang berumur 9 tahun dan adiknya, Haruo. Mereka tinggal di sebuah desa pertanian. Suatu hari bersalju yang cerah, langit tampak biru dan salju berkilau. Walau udara dingin, semua warga desa bersyukur karena bisa keluar rumah lagi.
Sejak pagi, Eiko meminta ijin pada ibunya untuk pergi ke rumah bibinya yang tak jauh dari rumahnya. Karena cuaca cerah, Bu Haruko mengijinkan.
Sayangnya, beberapa jam kemudian, cuaca tiba-tiba menjadi gelap. Di luar perkiraan, salju mulai turun dan langit semakin gelap.
“Badai akan datang lagi. Aku harus segera menjemput anak-anak. Kalau terlambat, mereka tidak bisa pulang hari ini,” gumam Bu Haruko sambil memakai mantel dan lari ke jalan yang bersalju.
Tak lama kemudian, Bu Haruko tiba di rumah Bu Akiko, adiknya. Namun ternyata Eiko dan Haruo ternyata sudah pergi.
“Mereka sudah pulang sejam lalu. Eiko teringat, Paman mereka dari kota akan datang menengokmu hari ini. Jadi dia pulang sambil mendukung Haruo,” ujar Bu Akiko ikut cemas.
“Mungkin aku tadi sisipan jalan. Aku harus segera pulang,” kata Bu Haruko panik. Ia pun buru-buru pulang sebelum badai datang.
Setiba di rumah, Bu Haruko semakin panik. Kedua anaknya tidak ada juga di rumah.
“Bagaimana kalau mereka menjemput Paman mereka di ujung desa?” pikir Bu Haruko ketakutan. “Mereka bisa tersesat di tengah jalan kalau badai datang. Aku harus mencari mereka!”
Seketika ia lari ke jalan menuju ke ujung desa. Dengan susah payah ia melewati rumah terakhir di desa itu. Langit akhirnya menjadi gelap. Angin yang berputar bertiup dari laut. Angin itu memutar salju yang terhampar. Salju besar juga turun dari langit sehingga tak lama lagi jalan setapak akan tertutup.
Bu Haruko terus berjalan menembus salju sambil berpikir keras, dimana kedua anaknya berada sekarang. Dimana mereka akan berlindung kalau ada badai? Bu Haruko lalu teringat legenda tentang monster salju si Wanita Salju. Jangan-jangan, mereka ditangkap monster Wanita Salju yang mengerikan itu? Bu Haruko betul-betul ketakutan dan berteriak keras,
“Eiko… Haruooo... ”
Sayang, suaranya kalah kencang dengan bunyi putaran angin di salju.
Dengan sekuat tenaga, ia terus menembus salju sambil menebak-nebak arah jalan. Badai lalu mulai mereda, angin pun mulai berhenti. Cuaca menjadi agak terang. Bu Haruko kini tahu, ternyata ia sudah berjalan melenceng ke sawah. Lalu ia melihat ada sosok yang datang dari arah depan, membawa sesuatu. Mungkin itu Eiko dan Haruo, pikirnya. Buru-buru ia berlari mendekat.
Namun akhirnya ia menyadari itu bukan Eiko, namun seorang wanita dari kota. Bu Haruko langsung bertanya,
“Bu, apakah tadi Ibu berpapasan dengan dua anak? Seorang anak perempuan dan adik laki-lakinya yang masih kecil? Mereka tersesat saat badai dan aku tidak bisa menemukan mereka.”
Wanita itu menurunkan syal yang menutupi leher dan bagian bawah wajahnya. Tampaklah wajahnya yang cantik dan senyumnya yang ramah.
“Maaf, Bu. Aku tidak melihat mereka. Tapi, tadi aku menemukan anak lelaki kecil ini menangis dan kedinginan. Aku membungkusnya dengan selimut wol. Jangan-jangan, ini anak lelaki Ibu?”
Oh, itu mungkin Haruo, pikir Bu Haruko panik. Entah bagaimana, tiba-tiba saja anak dalam buntalan selimut wol itu sudah berada di tangan Bu Haruko. Bu Haruko ingin membuka buntalan itu, namun tangannya tak bisa bergerak. Lengannya menjadi kedinginan dan kaku. Anak dalam buntalan itu lalu menjadi semakin berat dan berat, sehingga Bu Haruko terjatuh ke timbunan salju.
Angin kembali bertiup dan salju beterbangan. Selimut wol yang dipegang Bu Haruko tersingkap sedikit. Bu Haruko terkejut ketika melihat isi buntalan. Ternyata hanya sebongkah es.
Rasa dingin kini menjalar sampai ke dada Bu Haruko. Di saat itu, samar-samar ia mendengar suara, “Ibuuu… Ibuuu…”
Itu suara Eiko dan Haruo!
Dengan kekuatan terakhirnya, Bu Haruko berusaha menggerakkan kedua tangannya dan melepaskan buntalan berisi es itu. Tiba-tiba, angin salju berputar di sekeliling wanita itu. Seketika, wanita itu lenyap, berubah menjadi tiang salju yang berputar. Dan di dalam tiang salju itu, tampak senyum dan mata yang berkilau mengerikan. Tiang salju itu lalu lenyap dari depan Bu Haruko.
Bu Haruko berlutut lemas di salju. Eiko, Haruo, dan paman mereka lari ke arahnya. Lalu membantu ia berdiri dan memapahnya.
“Ibu, Ibu tidak apa-apa?”
“Kami melihat dari jauh, kamu sedang bicara pada seseorang,” kata si paman. “Tapi waktu melihat kamu terjatuh dan ada tiang salju yang berputar, aku langsung tahu kalau wanita itu si Wanita Salju. Syukurlah kami segera datang. Syukur juga Eiko dan Haruo bisa bertemu aku sebelum badai datang. Yukionna pasti sedang mengincar kedua anak ini.”
Bu Haruko sangat terkejut. “Jadi, wanita tadi itu Yukionna, si Wanita Salju? Aku pikir, Yukionna adalah monster putih yang mengerikan. Bukan wanita cantik seperti tadi.”
“Ya, Yukionna memang berwujud wanita cantik. Tapi dia sangat berbahaya,” kata si paman.
Si Paman lalu mengajak Bu Haruko, Eiko, dan Haruo untuk pulang, sebelum salju turun lagi.
Source | : | Dok. Majalah Bobo / Folkore |
Penulis | : | Vanda Parengkuan |
Editor | : | Vanda Parengkuan |
KOMENTAR