“Usul yang bagus, Datuk,” sambut Naura, sahabat Runi.
Naura tahu, kalau sampai sahabatnya itu bertengkar dengan adiknya, maka Runi akan ngomel selama berjam-jam. Kadang-kadang sampai menangis.
“Sementara itu, Datuk akan bercerita,” kata Datuk.
“Asyiiiik. Aku suka sekali dengar cerita Datuk,” sambut Runi.
“Datuk akan bercerita tentang pohon-pohon di halaman rumah ini. Terutama pohon-pohon yang buahnya bisa dimakan,” kata Datuk memulai ceritanya.
Runi langsung terlonjak gembira. Dia memang suka mendengar cerita, dan Datuk adalah orang yang suka bercerita. Datuk sering mendongeng dan juga bercerita tentang perjalanan hidupnya. Runi paling suka cerita tentang makanan karena ia suka makan. Rudi suka cerita tentang petualangan.
“Pohon sukun yang buahnya kalian makan tadi, Datuk tanam tak lama setelah kelahiran anak Datuk yang pertama. Bibit pohon itu Datuk dapatkan dari seorang teman. Datuk menyiram pohon itu setiap hari. Ssst… Datuk dulu sering berbicara dengan pohon itu, lo. Datuk bilang supaya tumbuh besar dan berbuah banyak,” ujar Datuk.
“Sekarang buahnya benar-benar banyak,” tanggap Runi.
Tanggapan Runi disambut oleh tawa gembira anak-anak itu. Pohon sukun itu buahnya memang banyak. Mereka baru saja makan sukun goreng. Sisanya mereka buat menjadi perkedel sukun. Selain itu, masih ada banyak buah di pohonnya.
Setelah bercerita tentang pohon sukun, Datuk bercerita tentang pohon rambutan, mangga, nangka, dan jeruk. Datuk menutup ceritanya dengan dongeng tentang semut yang mencari makan di kebun jeruk.
“Datuk, semua anak sudah meruncingkan 1 pensil. Ini masih ada 1,” ucap Rudi memotong cerita Datuk.
Rudi sudah hendak meruncingkan pensil itu saat Datuk memegang tangannya.
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR