Seminggu yang lalu Runi dan Rudi mendapat tugas kelompok. Mereka harus membuat ide wirausaha yang akan ditunjukkan saat bazar sekolah. Runi, Rudi, Naura, Keyla, Nia, Salsa, Bayu, dan Amir sepakat untuk menjual getuk. Delapan anak yang bersahabat ini menamai kelompok mereka Sahabat Getuk. Sehari sebelum bazar sekolah, kedelapan anak itu berkumpul di rumah besar Datuk. Mereka akan membuat getuk di rumah tempat Runi dan Rudi tinggal itu.
“Singkongnya direbus dulu sampai empuk,” ujar Runi memberi petunjuk.
Sementara menantikan singkong menjadi empuk, Rudi menuliskan resep membuat getuk supaya dapat dibaca oleh teman-temannya. Rudi kemudian menempelkan resep yang ditulisnya itu di pintu lemari es.
“Sini biar kami yang menghaluskannya,” ujar Amir menawarkan. Bayu mengangguk di sebelahnya. Mereka membawa alat penumbuk.
Singkong yang sudah direbus itu dihaluskan dengan cara ditumbuk. Untuk menumbuknya perlu tenaga yang besar. Amir dan Bayu menawarkan diri karena mereka yang tenaganya paling kuat. Kedua sahabat Rudi itu adalah atlet yang sering mewakili sekolah. Saat adonan itu sudah halus, Runi mencampurkan gula secukupnya,
“Nah, sekarang tinggal kita beri pewarna,” ucap Runi sambil membawa beberapa botol kecil pewarna makanan. Ada warna merah, kuning, cokelat, dan hijau.
Naura, Keyla, Nia, dan Salsa berebutan ingin menuangkan pewarna makanan. Masing-masing memegang sebuah botol kecil.
“Tunggu! Jangan lupa pakai sarung tangan ini!” tegur Rudi sambil menyodorkan sarung tangan plastik.
“Iya benar, kalian harus memakai sarung tangan agar makanan kita tetap bersih dan tangan tidak terkena pewarna. O ya, supaya warnanya tidak tercampur, adonannya harus kita pisahkan,” kata Runi sambil membawa beberapa mangkok besar.
Anak-anak perempuan itu sangat bersemangat menguleni adonan dengan warna pilihan mereka masing-masing.
“Bagaimana kalau getuknya kita bentuk menjadi macam-macam?” usul Salsa.
“Kita bentuk jadi buah-buahan,” usul Runi.
“Jadi boneka lucu,” usul Naura.
“Jadi stetoskop,” ujar Keyla sang dokter cilik.
“Astaga Keyla. Plis, deh,” ujar Rudi sambil menepuk dahinya.
“Kita buat sesuai selera kita aja, deh,” usul Salsa.
Usul Salsa itu segera disetujui oleh teman-teman sekelompoknya. Mereka membuat sesuka mereka. Setelah selesai, 8 orang anak itu masing-masing meletakkan getuk buatannya. Sejenak mereka berpandangan, kemudian tertawa terbahak-bahak. Getuk buatan mereka itu bentuk dan ukurannya beraneka macam.
“Hei, kalau bentuknya berbeda-beda seperti ini harga jualnya bagaimana?” tegur Nia mengingatkan teman-temannya.
Kelompok Sahabat Getuk kembali bermusyawarah. Akhirnya mereka sepakat akan membuat getuk yang bentuknya kotak dan ukurannya sama. Hanya warna dan rasanya saja yang berbeda. Mereka akan membuatnya besok, pagi-pagi benar.
Esoknya, Runi dan Rudi sudah bangun sebelum Matahari terbit. Kedua anak kembar itu segera membuat adonan getuk sementara satu per satu teman-teman mereka datang. Tak lama kemudian, mereka pun berangkat ke sekolah untuk menjual getuk di bazar sekolah.
Ada cukup banyak kelompok yang ikut bazar. Ada yang menjual nasi goreng, mi bakso, aneka minuman, tas kain, boneka kayu, dan mainan dari barang bekas. Ada juga yang menyajikan jasa penyampul buku, pembungkus kado, dan pengantar barang. Hanya 1 kelompok yang membuat aplikasi di telepon pintar. Hanya ada 1 kelompok pula yang menjual getuk.
Sahabat Getuk menata getuk mereka di meja saji. Bazarpun dimulai tepat pukul 9 pagi. Ada banyak orang datang ke meja nasi goreng dan mi bakso. Anak-anak dari kelas kecil datang membawa buku-buku mereka untuk disampul. Anak-anak kelas 6 tertarik pada aplikasi di telepon pintar. Orang tua murid banyak yang berkumpul di tempat kelompok pengantar barang. Namun tidak banyak yang datang ke meja getuk.
“Getuknya… Getuknyaaa!” seru Runi menawarkan sambil membawa nampan. Di sampingnya ada Nia yang membawa kantong berisi uang untuk kembalian.
Langkah Runi itu segera diikuti oleh Sahabat Getuk yang lain. Mereka menawarkan getuk kepada semua orang yang ada di situ. Hanya dalam waktu yang singkat, semua getuk yang mereka bawa telah terjual. Sahabat Getuk senang sekali karena usaha mereka berhasil.
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Sylvana Hamaring Toemon.
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR