Bobo.id - Ada banyak tradisi dalam Tahun Baru Imlek. Salah satu tradisi penting yang tidak akan pernah dilupakan adalah menyajikan nian gao atau kue keranjang.
Bagaimana sejarahnya kue keranjang menjadi bagian tradisi dalam perayaan Tahun Baru Imlek? Yuk, kita cari tahu!
Asal-usul Kue Keranjang Menurut Legenda
Menurut legenda, ada sebuah mitos dalam sejarah terciptanya kue keranjang atau Nian Gao.
Pada zaman Tiongkok kuno, ada seekor raksasa yang bernama 'Nian' tinggal di sebuah gua yang berada di gunung, dan akan keluar dari gua untuk berburu hewan ketika merasa lapar.
Pada musim dingin, hewan-hewan banyak yang beristirahat dan berhibernasi, ini membuat Nian ini turun ke desa-desa dan mencari korban untuk disantap ketika ia lapar.
Banyak masyarakat desa hidup dengan ketakutan dengan Nian selama beberapa tahun lamanya.
Baca juga : Asal-usul Tahun Baru di Tanggal 1 Januari
Sampai akhirnya ada seorang warga desa yang bernama 'Gao' memiliki akal yang cerdik dengan membuat beberapa kue sederhana yang terbuat dari campuran tepung ketan dan gula.
Kue ini pun kemudian diletakkan di depan pintu untuk diberikan kepada Nian.
Ketika Nian turun untuk mencari mangsa, Nian tidak lagi mencari manusia untuk dijadikan sebagai santapan namun menemukan kue-kue keranjang ini di depan pintu dan menyantapnya hingga kenyang dan kemudian pergi meninggalkan desa.
Setelah Nian pergi kembali ke gunung, warga desa senang karena akhirnya mereka tidak menjadi santapan Nian.
Sejak saat itu, penduduk desa membuat kue keranjang pada setiap musim dingin untuk mencegah Nian memburu dan memakan manusia.
Mereka juga melakukan ini untuk mengingat jasa Gao yang sudah berhasil mencegah Nian memburu manusia dan menemukan kue ini.
Para penduduk desa menamakan kue ini sebagai "Nian Gao".
Hidangan Istimewa untuk Menyenangkan Dewa
Selain menurut legenda raksasa Nian, kue keranjang juga ditujukan sebagai hidangan untuk menyenangkan Dewa Tungku, Cau Kun Kong.
Mereka berharap agar Cau KunKong membawa laporan yang menyenangkan kepada Raja Surga, Giok Hong Siang Te.
Sesajen Kepada Leluhur
Kue keranjang (ada juga yang menyebutnya dengan kue ranjang) dalam bahasa mandarin disebut juga dengan Nian Gao atau dalam dialek Hokkian disebut dengan Ti Kwe, yang diperoleh dari wadah cetakan kue yang berbentuk keranjang.
Kue ini terbuat dari tepung ketan dan gula yang menjadikan kue keranjang ini memiliki tekstur yang kenyal dan lengket.
Kue keranjang mulai digunakan sebagai sesajen dalam upacara persembahan kepada leluhur saat tujuh hari menjelang tahun baru imlek.
Pada malam menjelang tahun baru imlek, kue ini biasanya tidak dimakan hingga hari Cap Go meh atau malam ke-15 setelah tahun baru imlek.
Berharap Rezeki dan Kemakmuran Semakin Bertambah
Dalam dialek Hokkian, Ti Kwe memiliki arti sebagai 'kue manis' yang sering disusun tinggi bertingkat-tingkat dengan penyusunan dari bawah hingga atas semakin kecil.
Ini memiliki arti sebagai peningkatan rejeki atau kemakmuran.
Di negara asalnya, terdapat sebuah kebiasaan untuk menyantap kue keranjang ini terlebih dahulu saat tahun baru. Dengan harapan mendapatkan keberuntungan dalam pekerjaan.
(Nationalgeographic.co.id/Nisrina Darnila)
Penulis | : | Yomi Hanna |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR