“Apapun yang terjadi, aku tidak akan menyerah”
Itulah kata-kata yang digunakan Rion untuk menyemangati diri setiap sedih melanda.
Rion terlahir berbeda dari teman-temannya. Matanya yang sebelah kiri tidak bisa dibuka. Namun, ia selalu bersyukur karena mata sebelah kanannya masih berfungsi dengan baik.
“Awalnya aku malu karena berbeda. Beberapa teman juga mengejak,” kata Rion mengawali ceritanya di depan anak-anak.
Semua anak menatap Rion. Berharap cerita segera berlanjut.
(BACA JUGA:Bercerita dengan Kakek Ditemani Sepotong Martabak Manis )
“Namun, orang tuaku selalu ingatkan agar aku bersyukur dan tidak menyerah. Banyak yang tidak bisa menggunakan kedua matanya. Setidaknya aku masih bisa.”
“Apakah Kak Rion akhirnya punya teman?” tanya seorang anak.
Rion mengangguk.
“Tentu saja punya. Aku baru sadar, ketika kita malu, kita akan sering menunduk. Kalau menunduk, kita tidak bisa membagi senyum dan sapa pada teman-teman. Jadilah kita tidak punya teman. Walaupun sulit awalnya, aku selalu coba untuk berani tersenyum dan menyapa teman-teman.”
“Mereka membalas senyum kakak?” tanya anak yang lain.
(BACA JUGA:Malam Itu, Aku Berjanji Tetap Baik)
“Ada yang membalas senyum, ada juga yang terkejut. Mungkin kaget melihat mataku. Tapi tak apa-apa. Aku akhirnya mendapat teman dekat, kemudian hidupku berjalan seperti biasa.”
“Kakak pernah takut ke sekolah?” tanya seorang anak perempuan.
Rion menarik napas panjang.
“Pernah, aku pernah sangat takut. Aku takut tidak bisa jadi anak pintar. Namun, aku salah. Siapapun bisa pintar kalau mau belajar. Aku juga pernah diragukan ketika ingin masuk ke bidang tekstil, seperti yang aku tekuni sekarang. Lalu, aku tunjukkan bahwa aku bisa dan mau belajar,” kata Rion dengan tegas.
“Satu lagi, ketakutan bukan untuk dipelihara, tetapi untuk dilawan dengan semangat yang tinggi,” tambah Rion.
(BACA JUGA:Para Penulis Pesan)
Seorang anak berkursi roda datang memeluk Rion. “Terima kasih ya Kak. Kakak membuat aku lebih semangat,” katanya. Beberapa anak pun akhirnya melakukanya, dari yang tangannya hanya ada setengah, kakinya tak sempurna, hingga matanya tak bisa melihat.
“Teman-teman harus semangat. Kekurangan bukan hambatan. Semua orang punya kekurangan, hanya mungkin tidak terlihat. Jangan bersedih. Ketika tekun, mimpi-mimpi pasti bisa diraih. Jika kalian tidak percaya, jadikan kakak sebagai buktinya. Dengan mata yang hanya sebelah, aku bisa raih mimpi jadi ahli tekstil,” kata Rion penuh semangat.
Dalam hati, Rion berdoa untuk semua anak yang hadir saat itu. Sesi mendengarkan Rion sebagai tokoh inspiratif bagi kelompok disabilitas menjadi awal semangat baru bagi seluruh anak yang hadir. Rion berhasil meraih mimpinya dan membantu anak-anak lain agar bersemangat meraih mimpi mereka.
Penulis | : | Putri Puspita |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR