Suatu hari, putri Nar Tanesi sedang berjalan-jalan di istana. Jin itu mengintip dari lubang angin. Ketika melihat Nar Tanesi, ia seketika kagum melihat kecantikan putri Sultan Bahadir itu. Maka, ketika esok malamnya Feray datang lagi dan bertanya, jin itu mengubah jawabannya,
"Bulan itu sangat cantik. Semua yang ada padamu sangat cantik juga. Tapi Nar Tanesi adalah yang paling indah dan cantik dari semuanya."
Baca Juga : Ada Orang yang Mudah Kaget dan Juga Tidak, Mengapa begitu, ya?
Feray sangat marah. Kini jin itu lebih kagum pada keponakannya daripada dirinya. Maka, suatu hari, Feray mengajak Nar Tanesi berkuda. Mereka berkuda cukup jauh sampai di sebuah padang rumput. Karena sangat jauh, Nar Tanesi kelelahan dan berbaring di bawah pohon. Ketika dia tertidur, Feray meninggalkannya dan bergegas kembali ke istana dengan membawa kuda Nar Tanesi.
Ketika Nar Tanesi terbangun, ia sangat ketakutan. Ia tidak melihat bibinya dan kudanya. Ia menangis karena tak tahu arah pulang. Ia berlari kesana kemari ketakutan. Jeritan kesedihannya bergema di antara hutan dan padang rumput itu.
Baca Juga : Wah, di Bawah Es Arktik Ada Daratan Berusia Puluhan Ribu Tahun!