Apa yang Terjadi jika Seluruh Air Laut Berubah jadi Air Tawar, ya?

By Avisena Ashari, Minggu, 13 Oktober 2019 | 16:55 WIB
Air laut (MaxPixel's contributors)

Bobo.id – Apa teman-teman tahu? Manusia tidak bisa minum air laut, lo.

Ini karena air laut mengandung garam yang tinggi, sehingga ginjal kita tidak memiliki kemampuan mengatur kandungan garam dari air laut.

Namun, bila kita tidak sengaja menelan air laut saat berenang, ini tidak apa-apa, teman-teman.

Nah, karena manusia tidak bisa mengonsumsi air laut, air yang kita dapatkan untuk air minum adalah air tawar dari mata air atau danau.

Tapi, bagaimana jika seluruh air laut di Bumi berubah menjadi air tawar, ya?

Air Laut yang Asin

Rupanya dulu air laut tidak memiliki kandungan garam yang tinggi, lo.

Sekitar 3,8 miliar tahun yang lalu, permukaan Bumi jadi sangat dingin sampai uap air berubah jadi cair dan tidak ada kandungan garam.

Jadi, awalnya air laut merupakan air tawar. Lalu bagaimana air tawar itu berubah jadi air laut yang asin?

Baca Juga: Antara Garam Laut dan Garam Meja, Mana yang Lebih Sehat, ya?

Setiap hujan turun, karbon dioksida dari udara bergabung dengan air hujan.

Ini membuat air hujan jadi sedikit asam dan ketika turun bisa membuat batu terkikis.

Air hujan yang jatuh pun mengalir ke sungai dan aliran air di dekatnya, dan membawa air dan kandungan mineral lain dan air ini terus mengalir dari sungai menuju ke laut.

Kemudian, ada tambahan garam dan mineral yang dilepaskan ventilasi hidrotermal atau gunung berapi bawah laut.

Karena proses ini sudah berlangsung sangat lama, maka air laut pun menjadi memiliki kandungan garam yang tinggi.

Bagaimana Jika Air Laut Berubah jadi Air Tawar?

Beberapa tempat di dunia mengalami krisis air bersih, teman-teman. Konsumsi air bersih juga meningkat dua kali lipat setiap 20 tahun.

Lalu, apakah jika air laut berubah jadi air tawar akan lebih baik?

Ternyata tidak, lo, teman-teman. Karena, air laut tanpa garam akan mengakibatkan musnahnya kehidupan di laut.

Air laut yang berubah jadi air tawar juga bisa memengaruhi cuaca dan suhu di Bumi.

Baca Juga: Yuk, Cegah Kepunahan Hewan Laut dengan Mengunjungi 'Akuarium Digital'!

Laut merupakan tempat tinggal 228.450 spesies makhluk hidup, dan masih ada 2 juta spesies lainnya yang belum diketahui.

Di dalam laut, juga ada ganggang yang fotosintesisnya menyumbang separuh proses fotosintesis di Bumi.

Jika tidak ada ganggang laut, maka asupan oksigen di Bumi juga akan berkurang, dan akan ada lebih banyak karbon dioksida di atmosfer, teman-teman.

Memengaruhi Sirkulasi Air, Cuaca, dan Iklim

Banyaknya karbondioksida di atmosfer juga memperburuk efek rumah kaca dan membuat bagian Bumi tertentu jadi semakin panas.

Panas ini akan lebih banyak terjadi di daerah dekat khatulistiwa, karena arus air laut tidak akan mengatur air hangat dan udara seperti biasanya.

Arus konveksi di laut membantu air hangat dari wilayah khatulistiwa di Bumi bergerak ke utara, dan air dingin dari utara bisa mendindingkan area yang panas di selatan.

Di wilayah ekuator, air hangat bisa membawa lebih banyak kandungan garam, sehingga air yang lebih padat ada di lapisan bawah dan air yang dingin ada di lapisan atas.

Baca Juga: Bagaimana Ular Laut Bertahan Hidup di Tengah Air Laut yang Asin?

Di ktub utara, air menjadi dingin, membeku, dan membentuk es laut. Garam tertinggal ketika air membeku sehingga membuat air dingin di kutub utara jadi lebih padat sehingga bisa turun dan membuat ruang untuk air hangat yang datang dari selatan Bumi.

Jika tidak ada garam, maka seluruh proses itu terganggu, yaitu bagian utara Bumi akan membeku dan bagian ekuator semakin panas dan jadi ada lebih banyak angin topan yang berbahaya.

Perubahan cuaca dan iklim ini juga memengaruhi kehidupan tumbuhan dan hewan yang jadi sumber makanan manusia. Sehingga rantai makanan juga jadi berantakan.

Wah, rupanya banyak perubahan yang terjadi jika laut berubah, ya!

Baca Juga: Ada Arus di Bawah Permukaan Air Laut, Bagaimana Arus Terbentuk?

#GridNetworkJuara

Yuk, lihat video ini juga!