Mengapa Bulan Februari jadi Bulan Terpendek dalam Satu Tahun?

By Avisena Ashari, Jumat, 3 Januari 2020 | 06:00 WIB
Bulan februari (Photo by Madeleine Ragsdale on Unsplash)

Bobo.id – Teman-teman, tahun ini kita mengalami tahun kabisat, lo!

Artinya, tahun ini akan terdiri dari 366 hari dengan bulan Februari terdiri dari 29 hari.

Tapi meski harinya bertambah, mengapa bulan Februari lebih singkat dibandingkan bulan-bulan lainnya dalam satu tahun, ya?

Baca Juga: Mengapa Tahun Baru Masehi Dimulai Tanggal 1 Januari, ya? #AkuBacaAkuTahu

Kalender pada Peradaban Romawi

Kalender Romawi adalah kalender asal mula kalender yang sekarang banyak digunakan, teman-teman.

Dulu, kekaisaran Romawi memiliki wilayah yang luas, sehingga banyak wilayah memakai kalender bangsa Romawi.

Kalender Romawi awalnya merupakan kalender bulan yang terdiri dari 10 bulan. Kalender itu dibuat oleh Raja Romulus.

Kalender Raja Romulus dimulai dari ekuinoks musim semi di bulan Maret dan berakhir di bulan Desember.

Kemungkinan, masa di antara Desember dan Maret tidak dihitung karena musim dingin tidak berhubungan dengan masa panen.

Kalender Baru yang Membingungkan

Kalender itu kemudian disempurnakan oleh raja berikutnya, yaitu Raja Numa Pompilius.

Dalam kalender itu satu tahun berjumlah 354 hari dan 12 bulan, beliau menambahkan bulan Januari dan Februari setelah Desember.

Bulan Januari dan bulan Februari itu masing-masing terdiri dari 28 hari dan Februari merupakan bulan terakhir.

Namun karena angka genap disebut sebagai lambang ketidakberuntungan, satu tahun dijadikan 355 hari, dengan bulan Januari ditambahkan lagi satu hari.

Lalu, kenapa bulan Februari yang dipilih jadi bulan dengan hari yang paling sedikit?

Menurut Slate, kemungkinan ini berhubungan dengan bangsa Romawi melakukan ritual menghormati leluhur yang sudah meninggal pada bulan itu.

Kemudian, salah satu bulan harus ada yang dibuat memiliki hari genap supaya jumlah harinya tetap 355.

Tapi ternyata kalender itu kurang sesuai dengan perubahan musim karena tidak berdasarkan waktu Bumi mengorbit Matahari.

Semakin lama, kalender itupun semakin membingungkan.

Baca Juga: Nama Bulan dalam Kalender Diambil dari Mitologi Roma, lo! (Bag. 2)

Lahirnya Kalender Julian dan Tahun Kabisat

Akhirnya 45 tahun sebelum Masehi, Raja Julius Caesar mengutus ahli untuk mengubah kalender Romawi menjadi kalender matahari seperti kalender peradaban Mesir.

Setelah dilakukan banyak perubahan, kalender Julian pun memiliki 30 dan 31 hari untuk setiap bulan, kecuali bulan Februari yang memiliki 28 hari.

Saat itulah rata-rata hari dalam setahun adalah 365,25 hari.

Nah, untuk menggenapkan hari menjadi 365, akhirnya dibuatlah tahun kabisat setiap empat tahun sekali. Seperti tahun ini, satu tahun akan memiliki 366 hari, teman-teman.

Untuk bisa membuat kalender yang sesuai di tahun berikutnya, pada 46 tahun sebelum Masehi, satu tahunnya memiliki 445 hari, lo.

Tahun kabisat ditambahkan karena Bumi mengelilingi Matahari selama 365,25 hari. Sehingga masih ada 0,25 hari atau 6 jam yang tersisa dari kalender dalam satu tahun.

Untuk menjadikannya satu hari utuh (24 jam) Bumi harus mengitari Matahari selama empat kali, bukan? Karenanya, cara mudah mengingat tahun kabisat adalah membagi tahun dengan angka empat.

Baca Juga: Terjadi Setiap 4 Tahun Sekali, Apa Itu Tahun Kabisat?

Yuk, lihat video ini juga!