Dumdum yang malang biasanya hanya bisa menghembus napas sedih. Ia lalu menatap kelima teman-temannya yang berlarian di sepanjang pasir pantai. Betapa ingin ia bersama mereka namun ia tak pernah dipilih.
Seharian, biasanya Dumdum hanya menghabiskan waktunya di pos penyewaan keledai tunggangan. Hanya Pak Didot yang menemaninya sambil melempar kerikil di laut.
Suatu hari, ada seorang ibu datang membawa anaknya yang masih kecil. Anak kecil itu bertubuh kurus dan tampak kurang sehat.
“Tio, lihat keledai kecil itu. Dia kelihatannya kesepian,” kata ibu itu. “Apa kau ingin mengendarainya?”
Anak kecil bernama Tio itu menggelengkan kepalanya. Ia memegang tangan ibunya erat-erat. “Nanti aku dibawa lari kencang-kencang. Aku takut,” kata Tio.
“Jangan takut dulu. Ayo, kita tanya pada pak penjaganya,” ajak ibu Tio. Maka mereka pun menghampiri Pak Didot.
“Apakah keledai yang ini aman untuk ditunggangi anakku? Dia sedang kurang sehat dan ingin menunggang keledai yang tenang dan tidak liar,” kata ibu Tio.
Pak Didot tertawa mendengar perkataan ibu Tio.
Baca Juga: Kloset di Rumah Mampet? Coba Atasi dengan Cara Mudah Ini, Cukup Pakai Soda Kue dan Cuka