Saat itu, J. J. Rochussen selaku Gubernur Jenderal Hindia Belanda memberi usul pada pemerintah untuk membangun jalur kerta api Jakarta - Bogor.
Pada awalnya pembangunan jalur kereta api diprioritaskan untuk kepentingan ekonomi, politik, dan komunikasi pemerintahan.
Dari kepentingan ekonomi, jalur kereta api dibutuhkan untuk mengangkut berbagai komoditas perkebunan dari pedalaman yang dikirim ke Jakarta.
Dari kepentingan politik, di Bogor terdapat Gedung Algemeene Secretarie (Istana Bogor) yang merupakan tempat kedudukan Gubernur Jenderal Hindia Belanda dan pusat administrasi pemerintahan.
Akhirnya saran ini diterima oleh pemerintah Kerajaan Belanda. Kemudian diutuslah David Maarschalk untuk survei dan membuat rencana pemasangan jalur kereta api Jakarta - Bogor.
Setelah hampir dua dekade, ide pembangunan jalur kereta api di Jakarta akhirnya terwujud.
Tepatnya pada tahun 1864, perusahaan kereta api swasta, Nederlandsch Indisch Spoorweg Maatschapij (NISM) mendapatkan izin pembangunan berdasar surat keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda (Gouvernement atau GB) Nomor 1 tanggal 27 Maret 1864 dan Nomor 1 tnggal 19 Juni 1865 serta surat keputusan Raja Belanda (Koningklijk Besluit) tanggal 22 Juli 1868.
Baca Juga: Peraturan Baru, Calon Penumpang Kereta Api Tidak Perlu Tunjukkan Hasil Tes PCR/Antigen
Jumat, 15 Oktober 1869 dimulai pembukaan pembangunan jalur kereta api Jakarta - Bogor. Pembukaan ditandai melalui upacara yang dihadiri Gubernur Jenderal P. Myer.
Proyek sepanjang 56 km tersebut dipimpin oleh Ir. J. P. Bordes yang terbagi menjadi tiga bagian, yakni Jakarta - Weltevreden, Weltevreden - Meester Cornelis, dan Meester Cornelis - Bogor.
Selain itu, dibangun juga jalur simpangan ke Meester Cornelis (Jatinegara) dan simpangan ke Kleine Boom (Pasar Ikan).
Pada 15 September 1871, NISM meresmikan jalur antara Batavia menuju Weltevreden (sekarang wilayah Jakarta Pusat) sepanjang 6 km. Di saat bersamaan, dibuka jalur simpang ke Pasar Ikan.