Dalam Upacara Tabot di Bengkulu dan Tabuik di Pariaman, arak-arakan yang terbuat dari anyaman bambu diarak keliling kota sebelum akhirnya dibuang ke laut.
Selain itu, biasanya dilakukan pertunjukan musik dan tari oleh kelompok pemuda setempat yang menyajikan hiburan tradisional berkaitan dengan tema peringatan Muharram.
Sebelum arak-arakan dibuang ke laut, biasanya dilakukan doa bersama yang dipimpin oleh seorang ulama atau pemuka agama setempat.
Setelah upacara selesai, masyarakat setempat biasanya mengadakan pesta makan bersama sebagai bentuk syukuran dan perayaan atas selesainya upacara Tabot atau Tabuik.
Tradisi ini merupakan bagian dari warisan budaya yang sangat penting bagi masyarakat Bengkulu dan Pariaman.
Selain itu, upacara ini juga menjadi daya tarik wisata bagi wisatawan yang ingin melihat dan mengalami keunikan budaya Indonesia.
Hubungan Upacara Tabot dan Tabuik dengan Proses Masuknya Islam
Hubungan Upacara Tabot dan Tabuik dengan proses masuknya Islam ke Indonesia terkait dengan peristiwa Ashura.
Ashura adalah peristiwa yang terjadi pada tahun 680 Masehi di Karbala, Irak.
Saat itu, terjadi perang antara imam Husain bin Ali melawan pasukan Bani Umayyah yang berkuasa saat itu.
Di perang tersebut, imam Husain yang merupakan cucu dari Nabi Muhammad gugur.
Peristiwa gugurnya imam Husain ini sangat penting bagi umat Islam dan diperingati pada bulan Muharram.
Baca Juga: Dampak Masuknya Islam ke Nusantara di Bidang Politik