Nek Milka segera mengupas bawang, mencincang dan memasukkannya ke dalam panci. Honza mengaduk air dan mencicipinya lagi. "Mmmm, mungkin perlu ditambah sedikit wortel dan daging, jika ada."
Kembali Nek Milka mengambil wortel dan daging. Honza mengaduk adonan sup.
"Jika ditambah kentang, tentu akan tambah lezat," katanya.
Nek Milka memberinya kentang yang sudah dibersihkan dan dipotong kecil-kecil. Honza menambahkannya ke dalam panci dan duduk dekat perapian. "Hampir selesai sekarang. Aromanya sedap bukan?"
Setengah jam kemudian ia mencicipi sup itu lagi dan berkata, "Sekarang supnya sudah masak. Ayo, kita makan bersama, Nek Milka,” ajak Honza.
Sambil tersenyum, Nek Milka menata meja makan dengan taplak meja yang indah. Honza menuang sup ke dalam dua mangkok besar dan duduk di meja makan bersama Nek Milka.
"Nenek sangat baik. Andai saja ada teh jahe untuk menemani sup ini..."
"Akan saya buatkan," kata Nek Milka. Ia beranjak dari meja makan dan kembali dengan dua gelas teh jahe.
Mereka makan dan minum teh jahe sambil mengobrol. Nek Milka kemudian juga mengambil roti, keju , buah, dan kue tart besar. Mereka saling bertukar cerita dan tertawa. Nek Milka belum pernah merasa sebahagia sore itu. Sudah lama ia tidak punya teman untuk bercakap-cakap.
Ketika perut mereka kenyang, Nek Milka berkata, "Sudah larut malam. Saya akan siapkan kamar tidur tamu. Di sana hangat dan nyaman."
Ketika Nek Milka pergi, Honza mengambil batu tadi dari dasar panci sup. Dilapnya bersih-bersih dan dimasukkannya ke dalam saku.
Pagi harinya, Honza kembali mengucapkan terimakasih.
"Saya semula tidak percaya kamu bisa membuat sup yang enak hanya dengan sebuah batu," kata Nek Milka sambil tersenyum.
"Sup nya menjadi enak, karena bahan-bahan yang Nenek tambahkan,” jawab Honza terus terang. Ia meraba sakunya untuk memastikan batu itu masih ada. "Batu ini mungkin masih aku perlukan lagi malam ini," katanya lirih sambil berjalan pergi. (Dongeng Cekoslowakia)