Anting-Anting Nona Miep

By Vanda Parengkuan, Senin, 23 Januari 2017 | 07:45 WIB
Diiin….diiin….terdengar bunyi klakson mobil Bu Obe. “Ah, gawat, Bu Obe sudah datang!” seru Nona Miep. Ia segera berlari keluar rumah dan masuk ke dalam mobil Bu Obe. (Vanda Parengkuan)

Nona Miep baru membeli sepasang anting-anting. Anting-anting dari mutiara putih itu tampak panjang bergantung di telinganya. Di ujungnya ada sebuah lonceng kecil. Setiap kali Nona Miep menggoyangkan kepalanya, maka anting-anting itu akan berayun-ayun dengan indah. Juga mengeluarkan bunyi yang merdu...  Tingeling… tingeling…

Nona Miep gemar sekali memamerkan anting-anting itu pada siapa saja. Pada suatu hari, Nona Miep hendak pergi ke kota untuk berbelanja. Dia akan menumpang mobil Bu Obe sampai ke kota.

“Wah… kesempatan bagus untuk memamerkan anting-antingku pada orang-orang di kota!” Pikir Nona Miep. Ia menyentuh anting di telinganya. Lalu menggoyangkan kepalanya perlahan… Terdengar bunyi lonceng dari antingnya itu. Tingeling… tingeling…

Pagi-pagi sekali Nona Miep mandi, lalu berdandan rapi. Di depan cermin, dia memasang anting-anting barunya di telinga sebelah kiri. Ia lalu menggoyang-goyangkan kepalanya. Bunyi merdu lonceng kecil di antingnya kembali terdengar… Tingeling… tingeling…

“Hmmm, anting-antingku memang indah,” gumam Nona Miep pada diri sendiri.

Diiin….diiin….terdengar bunyi klakson mobil Bu Obe. “Ah, gawat, Bu Obe sudah datang!” seru Nona Miep agak panik. Ia segera berlari keluar rumah dan masuk ke dalam mobil Bu Obe.

Sesampainya di kota, Nona Miep segera keluar masuk toko untuk berbelanja. Dan tepat seperti dugaannya, semua orang memerhatikan anting-antingnya. Apalagi ketika Nona Miep masuk ke dalam toko perhiasan. Beberapa orang mencuri pandang melihatnya.

“Mungkin mereka belum pernah melihat perhiasan seindah ini,” batin Nona Miep sambil tersenyum bangga. Ia melangkah sambil menggoyangkan kepalanya. Terdengar bunyi kecil yang indah. Tingeling… tingeling…

Ah, tetapi, Nona Miep merasa ada yang kurang dengan bunyi lonceng di antingnya. Ia melangkah mendekati sebuah cermin di etalase toko. Alangkah terkejutnya Nona Miep saat menatap ke cermin. Anting-antingnya hanya terpasang di telinga sebelah kiri! Lalu di mana anting yang satunya? Oh, pasti terjatuh! Keluh Nona Miep panik.

Dia pun segera menyusuri jalanan yang tadi dilewatinya. Meski sudah berusaha mencari sampai sore, Nona Miep tak juga menemukan anting itu. Dengan wajah lesu, Nona Miep pun pulang ke desa. Dia sangat sedih memikirkan sebelah antingnya yang hilang.

Nona Miep segera masuk ke kamarnya dan berdiri di depan cermin. Dia hampir saja menangis sebelum melihat sesuatu di atas meja riasnya. Astaga! Sebuah anting tergeletak di sana! Nona Miep baru teringat….. Tadi pagi dia terburu-buru memakai antingnya. Rupanya Nona Miep hanya memakai anting sebelah!

Olala, pantas saja semua orang di kota memerhatikannya! Nona Miep tertawa sendiri. Ia segera memakai anting kanannya. Lalu menggoyangkan kepalanya perlahan… Kini bunyi indah itu terdengar lengkap di telinga Nona Miep.

Tingeling… tingeling… (Penulis: Dwi Pudjiastuti / Dok. Majalah Bobo)