Cerita Rambut Gimbal

By YANTI, Jumat, 20 Oktober 2017 | 09:05 WIB
Suasana Saat Upacara Ruwatan (YANTI)

Ada beberapa anak di Dataran Tinggi Dieng, yang berambut gimbal. Tak ada yang tahu, mengapa mereka berambut gimbal.

Diawali Demam

Gembel itulah julukan untuk anak-anak berambut gimbal di dataran tinggi Dieng, Jawa Tengah. Perubahan rambut menjadi gimbal terjadi secara tiba-tiba. Ada anak yang mulai gimbal umur 1, 2, 3, 4, atau 5 tahun. Namun, ada kesamaan cerita pada awal terjadinya gimbal. Pertama-tama anak itu akan demam tinggi. Demam itu terjadi berhari-hari dan berulang. Bahkan dalam sebulan bisa terjadi beberapa kali demam.

Sesudah demamnya hilang, beberapa helai rambut berubah gimbal. Gimbal itu adalah rambut yang kaku, menempel satu sama lain dan kusut. Ada anak yang gimbalnya banyak dan sedikit.

Tidak Boleh Dipotong

Menurut kepercayaan masyarakat Dieng, anak gimbal ini tidak boleh dipotong rambut  sembarangan. Kalau dipotong begitu saja, anaknya bisa sakit dan gimbalnya tak akan hilang. Karena itulah, rambut gimbal ini dipotong dalam sebuah upacara khusus. Namanya ruwatan. Itu pun harus berdasarkan, kemauan si anak gimbal sendiri.

Ruwatan

Setiap tahun, biasanya ada upacara ruwatan, yang diadakan di komplek Candi Arjuna, Dieng. Upacara diawali dengan mengeramasi anak gimbal dengan air sumur “Sendang Sedayu”. Lalu, mereka dibawa ke pelataran candi puntadewa, untuk dipotong rambut gimbalnya.

Oiya, anak yang hendak diruwat akan mengajukan permintaan pada orangtuanya. Permintaan itu harus dikabulkan. Setiap anak punya permintaan berbeda. Contohnya, ada yang meminta telur, ayam jago, perhiasan, kambing, sepeda, permen, bakso, atau singkong. Nah, sesudah dipotong rambutnya, permintaan tersebut akan diberikan. Apa yang terjadi setelah ruwatan? Rambut anak gimbal akan kembali tumbuh normal kembali.

Foto: Ricky Martin