Mengenal Suku Air di Sungai Kapuas

By Sigit Wahyu, Rabu, 8 Februari 2017 | 03:00 WIB
Rumah suku air di Kecamatan Seimbau, Kapuas Hulu. Foto: Ricky Martin | Bobo (Sigit Wahyu)

Suku air hidup di atas air. Anak-anak sekolah di atas air dan bermain di atas air. Orang tua bekerja di atas air, beternak di atas air, memasak di atas air, mencuci di atas air,  dan tidur di atas air. Suku air tinggal di perkampungan di atas air. Mereka dapat kita jumpai di tepian Sungai Kapuas, Kalimantan Barat.

Sungai Kapuas

Sungai Kapuas adalah sungai terpanjang di Indonesia. Airnya mengalir sepanjang 1.150 kilometer, dari wilayah Danau Sentarum di Kapuas Hulu menuju Pontianak, lalu bermuara di Selat Karimata. Kalau kita berlayar menyusuri Sungai Kapuas, kita akan menjumpai perkampungan suku air yang tersebar di sepanjang tepian sungai.

Urat Nadi Kehidupan

Bagi suku air, sungai adalah urat nadi kehidupan. Di sanalah sungai dijadikan beragam aktivitas kehidupan, seperti  tempat tinggal, tempat berdagang, tempat bermain, tempat bekerja, dan lainnya.  Aliran sungai menjadi prasarana transportasi penting, seperti  jalan raya.  Tempat-tempat strategis, seperti persimpangan sungai atau tikungan sering menjadi pusat keramaian, dimana terdapat dermaga, warung, pasar, juga perkampungan. Di Sungai Kapuas, perkampungan di atas air merupakan pemandangan yang biasa.  

Pandai Berenang

Sejak kecil, orang suku air pandai berenang.  Sungai di depan mereka dalamnya bisa mencapai 4 sampai 8 meter. Lebarnya bisa ratusan kilometer. Kalau mereka tidak pandai berenang, keselamatan mereka bisa terancam. Selain itu, orang suku air juga pandai menjaga keseimbangan saat berperahu. Biar perahunya kecil dan penumpangnya banyak, perahu tetap berlayar dengan seimbang.   

Matapencaharian           

Orang suku air mencari nafkah di atas air. Mereka, ada yang beternak ikan dengan karamba. Ada yang menjala ikan. Ada yang membuat ikan asin. Ada yang membuka rumah makan. Ada pula yang berdagang keliling dengan perahunya.

Macam-Macam Rumah

Rumah orang suku air bermacam-macam. Ada rumah panggung karena rumahnya dibangun di atas panggung atau tiang-tiang kayu.  Ada juga rumah lanting, yaitu rumah yang dibangun di atas kayu gelondongan besar yang mengapung di atas sungai. Selain itu, ada rumah  berjalan yang disebut  rumah perahu bandong.

Cerita Pak Akuang     

Pak Akuang adalah seorang kepala suku air yang tinggal di Dusun Kenasau. Dulu, Pak Akuang dan warganya tinggal di darat di tengah hutan.

Kata Pak Akuang, jadi orang darat itu susah karena kemana-mana jauh. Mau beli beras dan minyak untuk mesin perahu, mereka harus menyusuri sungai-sungai kecil di tengah hutan, lalu naik perahu menuju kota. Mau mencari ikan atau menjual sayuran dan madu hutan juga jauh.  Oleh sebab itu, sejak 20 tahun yang lalu, Pak Akuang dan teman-temannya meninggalkan hutan dan membuat desa baru di tepi sungai.  

Kata Pak Akuang, jadi orang suku air lebih menyenangkan karena semuanya serba dekat. Mau  berbelanja  atau menjual hasil tangkapan ikan atau hasil hutan lebih dekat. Mau mencuci, mandi, dan mengambil air minum juga dekat.  Namun, yang lebih membuat  mereka merasa betah, sekarang, mereka tak lagi terisolasi seperti ketika masih tinggal di tengah hutan. Di tepi sungai, mereka bisa bertemu banyak orang . Di tepi sungai, orang-orang air memiliki banyak sahabat.  

Foto-foto: Ricky Martin / Majalah Bobo