Molo, Cara Menangkap Ikan di Papua

By Sigit Wahyu, Selasa, 28 Februari 2017 | 10:30 WIB
Tanpa alat bantu pernafasan, nelayan di Papua menyelam untuk menangkap ikan. (Sigit Wahyu)

Kata “molo” dalam bahasa Papua berarti menyelam. Jadi, menangkap ikan dengan “molo” berarti menangkap ikan dengan cara menyelam ke dasar laut. Molo adalah cara menangkap ikan secara tradisional yang dilakukan oleh masyarakat pantai di Papua.

Di Tengah Laut

Molo dilakukan di perairan yang banyak ikannya. Untuk mencari tempat yang banyak ikannya, nelayan di Papua harus ke tengah laut dengan menggunakan perahu.

Setelah menemukan tempat yang dihuni banyak ikan, nelayan menyiapkan peralatan molo yang disebut jubi. Jubi adalah semacam senjata panah yang dibuat dari kayu, karet, dan besi sebagai anak panahnya.  

Menyelam

Menangkap ikan dengan cara molo merupakan cara menangkap ikan yang sudah dilakukan sejak zaman dahulu. Untuk melakukan molo, diperlukan keterampilan dan pengalaman bertahun-tahun. Nelayan di Papua belajar molo sejak masih anak-anak. Keterampilan molo diwariskan dari generasi ke generasi.

Penyelaman dilakukan beberapa menit untuk mengintai posisi ikan. Setelah mendapatkan sasaran, anak panah segera diluncurkan untuk mendapatkan tangkapan. Dalam 10 sampai 20 menit, biasanya nelayan sudah mendapat beberapa tangkapan.

Nelayan di Papua, rata-rata melakukan molo 2 sampai 3 jam. Asal sudah cukup untuk lauk dua atau tiga hari ke depan, mereka segera pulang.

Bulan Gelap

Bagi nelayan di Papua, waktu yang paling bagus untuk molo adalah pada saat bulan gelap. Bulan gelap, maksudnya pada malam hari pada saat Bulan tidak bersinar terang.

Dalam suasana gelap, konon ikan-ikan tidak melihat saat nelayan menyelam. Selain itu, kepekaan ikan juga berkurang, sehingga nelayan bisa dengan mudah mengintai dan memanahnya dengan molo.

Menangkap ikan dengan molo merupakan cara menangkap ikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat. Dengan menangkap ikan secara tidak berlebihan, ikan-ikan di perairan Papua akan tetap lestari.