Mengapa tanggal 8 Maret diperingati sebagai Hari Perempuan Internasional atau Hari Perempuan Sedunia?
Peristiwa 8 Maret 1857
Hari Perempuan Internasional mulai diperingati sejak abad ke-20. Peringatan ini berhubungan dengan nasib kaum perempuan yang bekerja pada pabrik-pabrik di New York.
Pada 8 Maret 1857, para buruh perempuan yang bekerja pada pabrik pakaian dan tekstil mengadakan unjuk rasa memprotes kondisi kerja yang buruk dan gaji yang rendah.
Namun, para buruh diserang dan dibubarkan oleh polisi. Untuk memperjuangkan nasib mereka, para buruh perempuan lalu membentuk serikat buruh.
Di Eropa, Hari Perempuan Internasional pernah dirayakan pada tahun 1910-an dan 1920-an, lalu terlupakan. Pada tahun 1975, PBB mulai mendukung peringatan Hari Perempuan Internasional ini.
Perjuangan Sekarang
Peringatan Hari Perempuan Internasional saat ini tidak lagi memperjuangkan nasib buruh perempuan. Peringatan diarahkan kepada hal yang lebih luas, yaitu persamaan hak perempuan di berbagai bidang dan profesi.
Dengan kesempatan yang tidak terbatas bagi kaum perempuan untuk sekolah yang tinggi, banyak perempuan berkesempatan bekerja di berbagai bidang. Mereka ada yang menjadi pilot, tentara, dokter, peneliti, politikus, pemimpin negara, astronaut, guru, pengusaha, dan lainnya.
Perempuan Indonesia Kelas Dunia
Di Indonesia, sudah banyak sekali perempuan yang berhasil dan berprestasi. Bahkan, sudah banyak perempuan Indonesia yang dikenal di dunia.
Sebutlah misalnya, Ibu Sri Mulyani yang pernah menjadi Direktur Bank Dunia, Ibu Retno Marsudi yang menjadi Menteri Luar Negeri, Ibu Sri Pujiastuti yang menjadi Menteri Kelautan, Ibu Mooryati Soedibyo dan Ibu Martha Tilaar yang menjadi penguasaha kosmetik, Ibu Nyonya Meneer yang menjadi pengusaha jamu, Ibu Aisjah Girindra yang menjadi guru besar biokimia dan pernah menjadi Presiden Dewan Halal Dunia, dan lainnya.