Ulos, Kain Kebanggaan Suku Batak

By Yomi Hanna, Rabu, 8 Maret 2017 | 10:30 WIB
Ulos Memiliki Peranan Penting dalam Adat Suku Batak (Hanna Vivaldi)

Ulos merupakan kain khas kebanggaan Suku Batak. Kain ini memiliki peranan penting dalam menjalankan adat suku Batak.

Sejarah Ulos

Nenek moyang suku batak dulunya hidup di daerah pegunungan. Kebiasaan mereka yang bekerja di ladang membuat mereka harus terbiasa melawan dinginnya cuaca.  Karena inilah maka ulos dibuat.

Ulos dapat diartikan sebagai selimut yang menghangatkan tubuh dan melindungi diri dari terpaan udara dingin.

Menurut leluhur suku Batak, bahwa sumber kehangatan itu ada tiga. Yaitu, matahari, api, dan ulos. Dari ketiganya, mereka menganggap uloslah sumber kehangatan yang paling nyaman dalam kehidupan sehari-hari.

Awalnya ulos hanya berfungsi sebagai penghangat tubuh biasa. Tapi lama-kelamaan ulos ini memiliki arti yang penting setelah sering digunakan oleh para tetua adat. Akhirnya ulos dijadikan simbol adat suku Batak. Ulos menjadi bagian yang sulit dipisahkan dari kehidupan mereka.

Pembuatan Ulos

Kain ulos ini bentuknya selendang dan memiliki warna yang khas, seperti warna merah, hitam, dan putih. Pembuatan ulos biasanya menggunakan mesin tenun dengan benang berwarna emas atau perak yang dipintal dari kapas. Bahan pewarna ulos terbuat dari dedaunan yang difermentasi sehingga menjadi warna yang diinginkan.

Fungsi Ulos bagi Adat Suku Batak

Fungsi ulos saat ini sudah berubah, bukan hanya sekadar penghangat tubuh lagi. Dalam adat batak, dikenal istilah ‘mangulosi’. Mangulosi artinya adalah memberi ulos. Mangulosi ini melambangkan pemberian restu, curahan kasih sayang, harapan, dan kebaikan-kebaikan lainnya.

Ada aturan dalam mangulosi. Orang yang memberikan ulos adalah mereka yang lebih tua dalam silsilah keturunan. Misalnya, orangtua boleh mangulosi anaknya, tetapi anaknya tidak boleh mangulosi orangtuanya.

Jenis ulos dalam adat suku Batak ada banyak, dibedakan berdasarkan jenis acara adat dan diberikan kepada siapa. Beberapa adat yang menggunakan budaya mangulosi adalah pernikahan, tujuh bulanan, pemberian nama anak, meninggal, dan memasuki rumah baru.

Pada masa kini, ulos juga diberikan kepada orang yang tidak bersuku Batak. Pemberian ulos ini dapat diartikan sebagai pemberian penghormatan dan kasih sayang kepada penerima ulos. Misalnya pemberian ulos kepada Presiden atau Pejabat Negara. Biasanya ulos diberikan kepada mereka disertai doa dan harapan agar dapat menjalankan tugas-tugasnya dengan baik.