Penjor yang Mempercantik Bali

By Putri Puspita, Jumat, 10 Maret 2017 | 07:02 WIB
Suasana jalanan di Bali ketika penjor dipasang (Foto: Gus Teni)
Suasana jalanan di Bali ketika penjor dipasang (Foto: Gus Teni) (Putri Puspita)

Apabila berkunjung ke Bali pada rangkaian hari raya Galungan, maka suasana  Bali akan semakin semarak karena di setiap rumah atau gedung tertentu memasang penjor. Tujuan dipasangnya penjor bukan hanya untuk hiasan, tetapi penjor merupakan kearifan lokal di Bali yang berkaitan dengan agama Hindu.

Simbol Naga dan Gunung

Penjor adalah simbol dari Naga Basukih, di mana basukih berarti kesejahteraan dan kemakmuran.  Selain itu penjor juga merupakan simbol Gunung yang memberikan keselamatan dan kesejahteraan. Umat Hindu khususnya di Bali biasanya memasang penjor pada Hari Penampahan Galungan atau satu hari sebelum Hari Raya Galungan.

Bambu dan Daun-daunan

Bahan utama dari penjor adalah sebatang bambu yang ujungnya melengkung, dihiasi dengan janur/daun enau yang muda serta daun-daunan lainnya (plawa). Perlengkapan penjor lainnya, seperti pala bungkah (umbi-umbian seperti ketela rambat), pala gantung (misalnya kelapa, mentimun, pisang, nanas dll), pala wija (seperti jagung, padi, ), dan jajanan tradisional. Pada ujung penjor digantungkan sampiyan penjor yang terbuat dari janur.

Di dekat penjor akan dipasang sanggah Ardha Candra untuk meletakkan sesajen. Sanggah Ardha Candra terbuat dari janur, dengan bentuk dasar persegi empat dan atapnya melengkung setengah lingkaran sehingga bentuknya menyerupai bentuk bulan sabit.

Wujud Rasa Bakti

Pemasangan penjor bertujuan untuk mewujudkan rasa bakti dan ungkapan terima kasih kita atas kemakmuran yang diberikan oleh Ida Sang Hyang Widhi (Tuhan). Bambu yang melengkung adalah gambaran dari gunung tertinggi sebagai tempat yang suci. Lalu, hiasan Penjor yang terdiri dari kelapa, pisang, tebu, jajan, dan kain adalah wakil dari semua tumbuh-tumbuhan dan benda sandang pangan papan, yang dikaruniai oleh Tuhan untuk kesejahteraan umat manusia.