Pada suatu pagi, tampak dua nelayan berjalan menuju ke sungai. Sampai di tepi sungai, kedua nelayan itu melempar jala mereka ke tengah sungai. Saat mereka menarik jala itu lagi, tampak banyak ikan yang terperangkap di dalam jala. Kedua nelayan itu tampak gembira. Mereka memasukkan ikan-ikan itu ke dalam keranjang anyaman.
Sementara kedua nelayan menjala ikan lagi, datanglah dua ekor monyet kakak adik ke tempat itu. Mereka bersembunyi di dahan pohon dan melihat kegiatan kedua nelayan itu. Monyet adik sangat tertarik. Ia belum pernah melihat jala sebelumnya.
Saat hari menjelang siang, kedua nelayan itu meninggalkan jala mereka di tepi sungai. Mereka pulang ke rumah sebentar, untuk makan siang. Tentu saja sambil membawa ikan-ikan hasil tangkapan mereka.
Ketika kedua nelayan itu sudah pergi, monyet adik bergegas turun dari pohon.
"Aku ingin mencoba menangkap ikan dengan benda itu..." katanya pada monyet kakak.
"Tapi kamu belum tahu caranya. Jangan mencari masalah," larang monyet kakak sambil menahan lengan monyet adik.
Monyet adik tak peduli. Ia melepaskan diri dari pegangan kakaknya, lalu lari mendekati jala tadi.
“Aku pasti bisa menggunakan benda ini. Sepertinya mudah... ” pikir monyet adik.
Ia lalu meniru gerakan kedua nelayan tadi. Monyet adik mengambil jala itu dan mencoba melemparkannya ke sungai. Akan tetapi… jala itu malah menutupi tubuh monyet adik. Ia terperangkap sendiri dan tak bisa melepaskan diri. Monyet kakak menepuk dahinya dengan kesal. Ia lalu buru-buru turun dari pohon untuk menolong adiknya.
“Kenapa benda ini malah menangkap aku, Kak? Ternyata kedua manusia tadi betul-betul ahli menangkap ikan…” kata monyet adik bingung dan menyesal.
"Yang terlihat mudah, belum tentu mudah, Dik. Pekerjaan tadi terlihat mudah, karena dikerjakan oleh ahlinya..."
(Dok. Majalah Bobo / Fabel)