Bubur Ledok adalah salah satu makanan khas dari Pulau Nusa Penida, Bali. Selain rasanya yang enak, bubur ini juga memberikan manfaat bagi kesehatan.
Jagung dan Ketela Pohon
Bubur Ledok berbahan dasar jagung dan ubi ketela pohon. Bubur ini diberi nama “ledok” karena dalam pembuatannya harus selalu 'diledok'. Ledok dalam bahasa Bali berarti diaduk secara terus menerus selama pembuatannya.
Dalam pembuatan ledok, bahan dasar jagung sisir dan ubi ketela pohon dipecah kecil-kecil. Tidak jarang juga ditambahkan dengan kacang panjang, kacang merah, dan daun kemangi.
Bagi masyarakat Nusa Penida, ketela pohon dan jagung merupakan sumber pangan utama karena sulit bagi masyarakat menanam padi. Kondisi tersebut terjadi karena Nusa Penida merupakan daerah tandus dan berbatu.
Bumbu
Ledok mempunyai 2 jenis bumbu, yaitu bumbu dalam dan bumbu luar. Bumbu dalam merupakan bumbu yang dicampurkan saat proses pembuatan. Bumbu dalam tersebut terdiri dari garam, terasi, cabe, dan bawang putih.
Sedangkan untuk bumbu luar adalah bumbu kacang atau bumbu pecel. Dalam penyajiannya, bubur ledok ditambahkan dengan ikan teri goreng, abon ikan laut, dan sayur mayur yang disiram dengan bumbu kacang di atasnya.
Obat Diabetes
Warga setempat percaya bahwa bubur ledok dapat menjadi obat bagi orang yang mengidap diabetes. Beberapa orang yang mengidap diabetes setelah makan ledok secara teratur, perlahan kesehatannya membaik.
Singkong atau ketela pohon memiliki kandungan kalori, protein, lemak, hidrat arang, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin B dan C, dan amilum. Sementara setiap butir kuning jagung mengandung banyak mineral, seperti magnesium, tembaga, besi, dan paling penting fosfor yang diperlukan untuk kesehatan tulang.
Mangkok dan Tekor
Ledok biasanya disajikan dalam mangkok atau tekor, yaitu daun pisang yang ditekuk. Ledok biasanya dijual di pinggir-pinggir jalan dengan menggunakan gerobak dorong. Ada juga yang menjualnya di pasar ataupun warung-warung tradisional. Harga satu porsi ledok biasanya Rp 5000.
Sumber: beritabali.com