Hari Raya Nyepi identik dengan pawai ogoh-ogoh. Ogoh-ogoh merupakan bentuk simbolisasi “kala” atau “energi negatif” yang diarak berkeliling desa.
Nama Ogoh-ogoh
Ogoh-ogoh sesungguhnya merupakan gambaran akan bhuta kala yang diwujudkan ke dalam suatu bentuk. Penamaan ogoh-ogoh sendiri berasal dari sebutan dalam Bahasa Bali yaitu Ogah-Ogah yang artinya sesuatu yang digoyang-goyangkan.
Simbolisasi Energi Negatif
Kemunculan ogoh-ogoh merupakan suatu bentuk simbolisasi. Ogoh-ogoh dikatakan menyimbolkan energi-energi negatif sang bhuta kala, dengan perwujudan menyeramkan untuk dipralina (dilebur) dengan air maupun api. Hal ini ditandai dengan dibakarnya ogoh-ogoh setelah selesai diarak.
Banyak Cerita
Terdapat banyak versi cerita mengenai awal mula munculnya tradisi ogoh-ogoh ini. Pertama, ada yang mengatakan bahwa awal mula tercetus ide membuat pawai ogoh-ogoh ini berkaitan dengan ditetapkannya Hari Raya Nyepi sebagai hari raya nasional oleh Presiden RI sekitar tahun 1983. Perayaan atas tersebut ditandai dengan dibuatnya seonggok benda mirip patung yang kini dikenal dengan nama ogoh-ogoh.
Pembuatan ogoh-ogoh pertama kali dilakukan di Br. Abiantubuh, Kesiman dengan pemrakarsanya, yaitu Bapak I Made Jayadi. Ketika itu bentuknya masih sederhana, tubuhnya yang terbuat dari ambu (daun muda dari pohon enau) ditambah dengan topeng seadanya.
Cerita lainnya menyebutkan bahwa ogoh-ogoh dikenal sejak jaman Dalem Balingkang, dimana pada saat itu ogoh-ogoh dipakai pada saat upacara Pitra Yadnya (upacara untuk menghormati leluhur).
Lalu, ada pula yang berpendapat bahwa ogoh-ogoh terinspirasi dari tradisi Ngusaba Ndong-Nding di Desa Selat Karangasem. Lalu, informasi lain menyebutkan bahwa ogoh-ogoh muncul sekitar tahun 70an.
Sumber: balebengong.net, inputbali.com