Keunikan Masjid 99 Cahaya di Tulang Bawang Barat

By Yomi Hanna, Kamis, 30 Maret 2017 | 08:52 WIB
Masjid 99 Cahaya Asmaul Husna di Tulang Bawang Barat. (Foto: jateng.tribunnews.com) (Hanna Vivaldi)

Kabupaten Tulang Bawang Barat (Tubaba) adalah kabupaten baru hasil pemisahan dari Kabupaten Tulang Bawang. Kabupaten ini diresmikan pada tanggal 23 Oktober 2008.

Ikon Kabupaten Tulang Bawang Barat

Penduduk di kabupaten ini kebanyakan adalah warga pendatang dari daerah Jawa, Sunda, dan Bali. Karena itu, kabupaten baru di Provinsi Lampung ini memiliki keinginan untuk menciptakan budaya sendiri.

Sehingga dibangunlah sebuah masjid yang diharapkan dapat menjadi ikon Kabupaten Tulang Bawang Barat. Nama masjid itu adalah Masjid 99 Cahaya Asmaul Husna.

Bangunan Masjid 99 Cahaya

Perancang bangunan Masjid 99 Cahaya tersebut adalah seorang arsitek bernama Andramatin. Masjid ini dibangun tanpa kubah dan menara, tidak seperti masjid pada umumnya. Masjid yang dikelilingi sungai Ini menjadi salah satu keunikan dari Masjid 99 Cahaya ini.

Menurut Andramatin, dulu di awal masa Islam, kubah dan menara itu juga tidak ada. Jadi pembangunan masjid tidak selalu terpaku dengan adanya kubah atau menara.

Luas bangunan masjid adalah 34 x 34 meter. Ini dibuat berdasarkan jumlah sujud umat Islam sehari semalam sujud salat wajib. Bangunan ini juga ditopang 114 pilar yang menunjukan 114 surat dalam Alquran.

Kubahnya berbentuk persegi lima, ini menunjukan rukun Islam ada 5 dan tingginya 30 meter menunjukkan 30 juz dalam Alquran.  Setiap sisi kubah ini melambangkan salat 5 waktu.

Di atapnya terdapat 99 lubang yang bisa dilewati oleh cahaya. Dua kali setahun saat matahari melewati khatulistiwa, pada Maret dan September, sinarnya akan masuk ke lubang-lubang itu.

Selamatan Budaya

Masjid 99 Cahaya diresmikan dalam acara Selamatan Budaya. Acara kebudayaan ini diadakan selama dua hari dan menampilkan banyak pertunjukan.

Seperti pawai budaya 103 desa, pawai yang menampilkan baju adat dari berbagai kelompok masyarakat yang membentuk Tulang Bawang Barat. Yaitu masyarakat asli Lampung, serta pendatang dari Jawa dan Bali.

Selain pertunjukan pawai, ada juga pameran lukisan, konser musik, pementasan teater, peragaan busana, pembacaan puisi, dan karya sastra.