Kura-kura moncong babi dikabarkan terancam kelestarian populasinya. Wah, kira-kira kenapa ya mereka terancam kelestariannya?
Terancam karena perburuan liar
Kura-kura moncong babi atau Carettochelys insculpta dikabarkan terancam kelestariannya. Hal ini disampaikan oleh peneliti dari Badan Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup (BP2LH) Manokwari, Bapak Gatot Nugroho. Menurutnya, kura-kura ini terancam karena perburuan liar yang dilakukan pada fauna khas Papua ini.
Habitatnya di kawasan Taman Nasional Lorentz
Ada tiga wilayah penyebaran kura-kura moncong babi ini, yaitu di Sungai Mamats, Sungai Catelina, dan Sungai Eilanden. Ketiganya terletak di kawasan Taman Nasional Lorentz di Kabupaten Asmat, Papua.
Saat ini, ketiga wilayah itulah yang sedang diamati oleh Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) bersama BP2LH Maknowari juga Usaid Lestari. Pengamatan ini dilakukan untuk mengawasi populasi kura-kura moncong babi yang terancam.
Kura-kura ini biasanya diburu untuk dijual, dikonsumsi dagingnya atau dijadikan obat. Hewan ini dijual dengan harga tinggi ke negara-negara Asia Timur, seperti Taiwan dan Tiongkok. Selain digunakan sebagai obat, kura-kura ini juga digunakan dalam ritual adat di sana. Malang sekali ya mereka.
Untuk mencegah perburuan terhadap kura-kura ini maupun hewan lainnya, pemerintah membentuk kelompok Masyarakat Mitra Polisi Kehutanan (MMP).
MMP bertugas menjaga Cagar Alam Pegunungan Cycloop di Kabupaten Jayapura dari berbagai ancaman. Kelompok ini berjumlah tiga sampai lima dengan anggota masing-masing 15 orang.
Nah, hal ini akan dipraktikkan juga di Kabupaten Asmat. Pemerintah akan melibatkan penduduk di sana untuk ikut menjaga kelestarian alam beserta mahkluk hidup di dalamnya. Masyarakat akan diajak untuk mengumpulkan telur kura-kura moncong babi dan membantu menetaskannya. Wah, semoga kelestarian kura-kura moncong babi khas Papua ini tetap terjaga ya.