Akibat Saling Mengalah

By Sylvana Toemon, Minggu, 13 Mei 2018 | 05:00 WIB
Akibat Saling mengalah (Sylvana Toemon)

Malam hari adalah saat yang menyenangkan bagi Dian dan Tari. Kakak beradik itu tidur sekamar dan mereka biasa bercakap-cakap sebelum tidur. Masing-masing berbaring di tempat tidumya. Kadang-kadang percakapan diselingi dengan menguap. Dan akhirnya salah seorang akan berkata, "Sudah, ah aku mau tidur. Aku tak tahan lagi."

Malam ini kantuk seolah-olah jauh dari mereka. Ada percakapan yang menarik. Tadi siang Tari ikut Ibu ke rumah Oma dan Tante Mia. Dan ada tawaran yang menarik.

"Kalau kupikir lucu, ya, tawaran Tante Mia. Masak dia hanya mau mengajak salah seorang di antara kita berlibur ke Bali. Lalu yang tidak ikut gigit jari, dong!" kata Dian.

"Perginya dengan Oma dan kawan Tante Mia, Tante Airin. Katanya Tante Airin mau ajak keponakannya, Stella. Jadi salah seorang di antara kita diajak supaya bisa menemani Stella," Tari menjelaskan. "Kalau kita berdua diajak, biayanya besar."

"Lalu siapa sebenarnya yang mau diajak? Kamu atau aku?" tanya Dian.

Sebetulnya Dian sudah lama ingin ke Bali. Tapi, Tari juga ingin. Wow, sudah terbayang senangnya naik pesawat terbang, berenang di pantai Kuta atau Sanur, berfoto dengan pakaian daerah dan berkunjung ke tempat tempat pariwisata.

"Justru kita sendiri yang harus memutuskan. Kita disuruh berunding," kata Tari.

"Si Stella itu kelas berapa, sih?" tanya Dian.

"Katanya kelas 5. Sama dengan aku!" jawab Tari.

"Kalau begitu lebih cocok kamu yang pergi!" pancing Dian.

"Ah, tidak jadi soal. Bila kamu pergi pun kamu bisa bergaul dengan dia. Kita bukan anak yang sulit bergaul," kata Tari.

Wah, sulit memang untuk memutuskan. Keduanya berpikir dan akhirnya Dian berkata, "Begini saja. Besok kita masing-masing menelepon Oma. Kita katakan kita sulit mengambil keputusan, karena masing-masing ingin pergi. Biar Oma saja atau Tante Mia yang mengambil keputusan."

Tari juga sudah mengantuk dan setuju saja "Oh, ya, kalau kamu yang pergi, temanku boleh menginap dan tidur di tempat tidurmu, ya?" tanya Dian.

"Ya, ya, ya, boleh saja!" jawab Tari. Keduanya memeluk guling masing-masing dan tak lama kemudian terlelap.

Esoknya merupakan hari yang sibuk. Sepulang sekolah, Dian les Inggris dan Tari membuat prakarya di rumah kawannya. Malam hari di meja makan baru mereka sempat bercakap-cakap.

"Kamu sudah telepon Oma? Aku sudah. Aku dapat gagasan baru. Aku bilang kamu saja yang pergi. Tapi aku ada usul, untuk menghemat biaya, perginya naik bis saja dan pulangnya naik pesawat," kata Dian.

"Aku juga sudah telepon Oma. Aku bilang lebih baik kamu yang pergi. Kamu lebih besar dan pantas mendapat kesempatan. Aku bilang tabunganku baru Rp 30.000,- Coba, kalau lebih banyak, aku akan ikut dengan biaya sendiri.” cerita Tari.

Ibu dan Ayah tersenyum mendengar cerita anak-anak itu.

"Kalau begitu, Oma masih bingung. Belum ada satu nama yang dicalonkan!" kata Ayah.

"Tapi kalian berdua anak-anak yang baik. Tidak mementingkan diri sendiri!" kata Ibu.

"Siapa dulu ibunya!" kata Tari dan Dian serentak.

"Salah. Siapa dulu ayahnya!" kata Ayah. Mereka tertawa. Selesai makan, Tari membantu mencuci piring dan Dian mengelap meja.

Sebelum tidur, Dian dan Tari bercakap-cakap di kamar. Lucunya masing-masing membuat rencana apa yang akan mereka lakukan bila salah satunya ke Bali. Dian akan mengajak Titi menginap dan Tari akan mengajak Enny menginap. Dian minta Tari

membelikan blus bordir dan Tari minta dibelikan gantungan kunci yang banyak untuk dibagikan pada kawan-kawan.

Esok harinya sepulang dari sekolah, Tari dan Dian mendapat berita gembira dari Ibu. Oma memberitahu bahwa Tari dan Dian keduanya akan diajak ke Bali. Mereka akan berangkat naik bis dan pulangnya baru naik pesawat terbang. Tari dan Dian berpelukan dengan gembira.

"Itulah, kalau saling mengalah, Tuhan pasti memberikan yang terbaik. Kalau tidak pergi juga gembira, bisa pergi juga gembira dan kalau perginya dengan kakak dan adik lebih gembira lagi," kata Ibu.

"Kalau pergi ke Bali dengan Ayah dan Ibu lebih senang lagi, ya, Bu?" kata Tari.

"Ah, kami sudah bosan. Dulu tiga tahun dinas di Bali," kata Ibu.

"Duh, tidak sombong ya?" kata Dian. Nah, sekarang mereka bias sibuk mempersiapkan rencana dan perbekalan untuk perjalanan. Pernahkah kalian mengalami sesuatu yang indah karena saling mengalah dengan kakak atau adik? Bila belum, boleh coba!

Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Widya Suwarna.