Fahombo, Olahraga Lompat Batu dari Nias

By Petronela Putri, Sabtu, 15 April 2017 | 10:14 WIB
Tradisi lompat batu di Nias (Foto: suryadisarminson.blogspot.co.id) (Petronela Putri)

Olahraga biasanya identik dengan latihan fisik. Salah satu jenis olahraga yang unik adalah lompat batu di Nias. Mulanya, tradisi ini merupakan proses pendewasaan para pemuda di Nias. Sekarang, tradisi ini dikagumi dan berhasil menarik wisatawan!

Sejarah lompat batu

Pada zaman dulu, ada kebiasaan perang suku antar masyarakat Nias. Saat itu biasanya masing-masing kubu membuat benteng tinggi untuk melindungi wilayahnya. Dibutuhkan keahlian untuk melompati benteng tersebut agar bisa menembus kubu musuh. Sejak itulah para pemuda Nias berlatih untuk melompat tinggi. Hal ini kemudian berubah menjadi tradisi turun-temurun dan masih dilestarikan hingga kini. Tradisi lompat batu juga menjadi salah satu ciri khas dari Nias.

Proses pendewasaan anak laki-laki

Seorang anak laki-laki atau pemuda di Nias baru bisa dianggap dewasa apabila sudah berhasil melompati batu yang tingginya bisa lebih dari 2 meter dan lebarnya kurang lebih 90 sentimeter tersebut. Anak laki-laki di Nias sudah dilatih sejak kecil agar siap melaksanakan lompat batu.

Ketika ritual fahombo dilaksanakan, pemuda Nias akan mengenakan pakaian adat pejuang Nias. Pakaian ini bermakna bahwa para pemuda tersebut sudah siap untuk menjadi laki-laki dewasa dan menghadapi segala tanggungjawab yang akan diembannya.

Tidak boleh menyentuh batu ketika melompat

Selain melompati batu, ada juga ketentuan lain dalam tradisi ini, lo, teman-teman. Para pemuda Nias tidak diperbolehkan menyentuh batu ketika sedang dilompati. Sebab, jika kulit menyentuh batu, maka mereka dianggap belum berhasil.

Dan jika sudah meloncat tinggi, tentu seseorang juga harus memiliki teknik jitu untuk mendarat dengan tepat. Jika salah mendarat, tubuh bisa cidera.

Tradisi yang serius

Tradisi fahombo dijalankan dengan sangat serius oleh suku Nias, terlebih di masa lalu. Dulu, di atas batu akan ditambahkan rintangan seperti bambu runcing atau paku. Jika seorang pemuda berhasil melewatinya, tak jarang keluarga besar akan merayakannya, sebab melompati batu ini memang membutuhkan usaha yang sangat keras dan latihan yang lama.

Kini, tradisi lompat batu menjadi terkenal dan sering mengundang wisatawan untuk datang berkunjung ke Pulau Nias.