Dimas dan Anak Kucing

By Sylvana Toemon, Selasa, 17 April 2018 | 10:00 WIB
Dimas dan anak kucing (Sylvana Toemon)

Dimas suka nonton teve, baik pagi, siang, sore, dan malam. Suatu hari teve di rumah Dimas rusak. Dimas tak tahu harus berbuat apa. Iseng-iseng ia mengambil buku dari rak buku Mas Eko, kakaknya. Dimas mulai membaca...

Aku seekor anak kucing. Ketika aku masih kecil, aku menyusu pada ibuku. Berebut bersama tiga saudaraku. Ibu sering menjilat bulu kami dengan penuh kasih sayang. Suatu hari ibu berkata , "Anak-anak, susu Ibu makin lama makin sedikit. Kalian harus belajar makan nasi. Setiap hari Ita, majikan kita sediakan nasi di piring!"

Walaupun aku lebih suka susu Ibu, aku pun belajar makan nasi. Ketika masih kecil, aku senang bergurau dengan Ibu. Saudara-saudaraku juga demikian.

"Eooong... eooongg.... Eooong!" Ramai suara kami.

Namun, suatu hari Ibu berkata, "Anak-anak, jangan bergurau lagi dengan Ibu. Kalian sudah mulai besar. Gigi dan cakar kalian menyakiti Ibu." Jadi aku pun mulai kehilangan sesuatu yang kusenangi. Namun, lama- kelamaan aku mendapat kesenangan lain.

Aku mulai suka menjelajah kebun dan menggigit daun-daunan. Aku belajar dari kucing-kucing dewasa. Mana daun yang boleh dimakan dan mana yang ada racunnya. Kemudian aku belajar menangkap tikus. Waktu fajar adalah saat yang menyenangkan untuk berburu. Suatu hari aku berhasil menangkap anak tikus.

Wow, bukan main bangganya aku. Hmm, aku bermaksud memberikannya pada Ita. Bukankah Ita sangat baik pada kami? Namun, aku sangat terkejut. Ita malah menjerit keras sambil berlari. Saat melihat aku membawa anak tikus itu.

"Ibuuuu... ibuuuu. ..ada tikus!" Aku pun terkejut dan lari ke indukku. Ibuku berkata,

"Manusia tidak suka tikus mati. Cara manusia menyatakan rasa gembira berbeda dengan kucing!" Ooh, oooh, rupanya banyak hal yang harus kupelajari. Aku anak kucing. Banyak hal yang tidak kumengerti. Aku harus banyak belajar. Kupikir, susah juga ya jadi anak kucing. Mungkin lebih mudah jadi anak manusia.

Dimas selesai membaca. la menutup buku cerita kakaknya.

"Hmm... banyak juga yang harus dipelajari anak kucing. Apalagi anak manusia! Aku membuang waktuku menonton teve terus. Aku tidak belajar apa-apa. Wah, bisa-bisa aku menjadi anak yang tak tahu apa-apa. Karena kerjanya hanya tonton teve. Hmm, kurasa aku harus seperti anak kucing itu. Belajar banyak hal. Berolahraga, ketrampilan, bermain dengan teman sebaya..." gumam Dimas.

Nah, gara-gara teve rusak, Dimas belajar sesuatu dari cerita kucing.

Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Widya Suwarna.