Nasi Yasa, Kuliner yang Menyatu dengan Upacara Keagamaan di Bali

By Putri Puspita, Senin, 17 April 2017 | 23:57 WIB
Nasi Yasa khas Bali (Foto: balinewsinformation.wordpress.com) (Putri Puspita)

Nasi Yasa adalah kuliner yang identik dengan upacara keagamaan di Bali. Biasanya nasi ini dinikmati oleh umat Hindu setelah selesai bersembahyang di pura.

Hari Raya Saraswati

Nasi Yasa biasanya dibagikan selepas sembahyang pada Hari Raya Saraswati. Sehari setelah hari raya Saraswati, umat Hindu di Bali memperingati Banyu Pinaruh sebagai simbol telah mendapatkan anugerah ilmu pengetahuan suci.

Biasanya, pada pagi hari, umat Hindu melukat (atau mandi dengan air suci) ke laut atau sumber air lainnya. Selain itu, warga juga mempersembahkan 'Nasi Yasa' berupa nasi kuning dengan beragam lauk pauk. Setelah selesai sembahyang, lalu persembahan ini disantap bersama. Beberapa daerah, ada yang menyebut nasi ini sebagai 'Nasi Bira' atau 'Laban'.

Nasi kuning

Nasi Yasa merupakan sejenis nasi kuning yang disajikan bersama dengan masakan dari daging ayam, telur dan sayur – mayur mentah. Biasanya, isi di dalam Nasi Yasa ini adalah kacang dan saur (sejenis serundeng); lalapan sayur terong, mentimun, kecicang, lobak, pare; ikan teri; irisan ayam, telur dan sambal.

Di luar upacara adat agama Hindhu, kita masih bisa menikmati nasi ini pada beberapa warung makan tradisional di desa Ubud, Gianyar Bali.  Makanan tradisional khas Bali ini persis dengan sajian nasi kuning pada umumnya tetapi wadah yang digunakan biasanya terbuat dari janur melingkar.