Sejarah Penemuan Kulkas

By Putri Puspita, Kamis, 20 April 2017 | 10:34 WIB
Kulkas dari masa ke masa (Foto: sains.me) (Putri Puspita)

Dulu, orang lebih banyak membawa makanan ke pinggir danau yang bersalju kemudian menyimpannya di sana untuk mengawetkannya. Di Indonesia yang tidak memiliki salju memiliki beberapa metode pengawetan yang digunakan, seperti pengasapan, pengasinan, dan pengeringan. Namun, cara-cara ini diangap belum cukup praktis.

Mesin pendingin sederhana

Pada tahun 1784, seorang ilmuwan Skolandia bernama William Cullen dari Glasgow University mengembangkan sebuah mesin pendingin sederhana. William Cullen yang merupakan seorang ahli kimia, fisika dan juga ahli dalam bidang kedokteran menyadari bahwa makanan yang di dinginkan akan mengurangi pertumbuhan bakteri. Hal ini mendorongnya untuk menciptakan mesin pendingin.

Kulkas dikembangkan oleh Jacob Perkins dan Karl Von Linden

Selanjutkan teknologi pendinginan kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Jacob Perkins yang berasal dari Amerika. Kulkas atau lemari es buatan Jacob Perkins terinspirasi dari catatan William Cullen. Perkins menggunakan eter dan tekanan uap air dalam membekukan air dan hasilnya ia berhasil membekukan air tersebut. Kulkas temuan Jacob Perkins kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh ilmuwan Jerman bernama Karl Von Linden.

Metode yang digunakan Karl Von Linden menggunakan bahan kimia seperti amonia, sulfur dioksida, dan klorida metil sebagai media dalam membekukan air. Metode ini dinilai tidak aman dan sering terjadi kecelakanaan. Namun lemari es atau Kulkas buatan Karl Von Linden berhasil ia patenkan.

Kulkas saat ini

Kulkas atau lemari es terus dikembangkan hingga saat ini. Kulkas saat ini banyak menggunakan bahan freon sebagai media pendinginnya yang diketahui tidak ramah lingkungan dan dapat merusak lapisan ozon di bumi. Selanjutnya teknologi kulkas atau lemari es kemudian menggunakan Hydro Fluoro Carbon (HFC) yang diperkirakan lebih ramah lingkungan.