Dongeng Balas Budi Elang

By Vanda Parengkuan, Selasa, 20 Maret 2018 | 12:00 WIB
Tukang Kayu itu lalu buru-buru memotong jala-jala yang meliliti si Elang. (Vanda Parengkuan)

Dahulu kala, ada seekor elang yang berburu di hutan. Ia ingin mencari makanan untuk anak-anaknya yang masih kecil di sarang. Ketika melihat ada sesuatu yang bergerak di tanah hutan, Elang itu langsung terbang menukik.

Namun tiba-tiba… SRUK! Elang malah menabrak jala perangkap kelelawar yang dibentangkan di antara dua pohon. Paruh, kaki, dan kuku cakar Elang terlilit di tali jala. Elang berusaha melepaskan diri. Ia memberontak sekuat-kuatnya. Akan tetapi… TESS!

Ikatan jala di kedua pohon malah putus.

BRUK!

Elang jatuh ke tanah bersama jala itu. Kini, seluruh tubuh Elang terbungkus jala.  Ia semakin tak bisa membebaskan diri.

“Astaga… elang yang malang…”

Tiba-tiba terdengar suara seseorang. Ternyata, seorang tukang kayu yang kebetulan lewat di situ, melihat si Elang. Tukang Kayu itu lalu buru-buru memotong jala-jala yang meliliti si Elang.

Beberapa saat kemudian, Elang pun terbebas. Ia langsung melesat terbang tinggi meninggalkan tempat itu.

“Lain kali, berhati-hatilah Elang!” seru si Tukang Kayu.

Waktu pun berlalu.

Pada suatu hari, Tukang Kayu mendaki di sebuah bukit mencari pohon untuk ditebang. Setiba di puncak bukit, Tukang Kayu merasa lapar. Ia lalu duduk di sebuah batu besar di tepi tebing puncak. Tukang Kayu lalu mengeluarkan kotak bekalnya, dan mulai makan.

Belum lama ia melahap makanannya, tiba-tiba terdengar suara keras.