5 Fakta Menarik Seputar Monas, Ternyata Sudah 5 Kali Berganti Nama

By Yomi Hanna, Sabtu, 6 Mei 2017 | 12:20 WIB
Monas pada malam hari. (Foto: wisatamu.com) (Hanna Vivaldi)

Monumen Nasional atau yang disingkat dengan Monas adalah tugu atau monumen peringatan dengan tinggi 132 meter yang terletak di kota Jakarta. Monumen ini dibangun untuk mengenang perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajahan Belanda.

Selain fakta di atas, di bawah ini ada 5 fakta menarik lainnya seputar Monas yang perlu kamu tahu.

1. Pembangunan Monas selama 14 tahun

Awal pembangunan Monas dimulai pada hari kemerdekaan Indonesia yang ke 16, yaitu pada 17 Agustus 1961 dan dibuka untuk umum pada tanggal 12 Juli 1975. Itu berarti pembangunan Monas menghabiskan waktu yang cukup lama, yaitu sekitar 14 tahun. Peresmiannya dilakukan oleh presiden kedua, yaitu Presiden Soeharto.

2. Lidah Api di puncak Monas

Bagian puncak monumen ini berbentuk lidah api yang terbuat dari emas murni seberat 15,5 ton dengan diameter 6 meter dan tinggi 17 meter. Lidah api ini melambangkan semangat perjuangan rakyat Indonesia yang berkobar saat melawan penjajah.

3. Penyumbang emas sebanyak 28 kilogram

Saat pertama kali dibuat, emas yang digunakan untuk melapisi lidah api mempunyai berat 35 kilogram. Tetapi pada tahun 1995, saat Indonesia merayakan ulang tahun emas kemerdekaan yaitu 50 tahun lapisan emasnya ditambah lagi hingga seberat 50 kilogram.

Nah, tapi tahukah teman-teman siapa yang menyumbang 28 kilogram emas yang ada di puncak Monas itu? Dia adalah Teuku Markam, seorang saudagar yang berasal dari Nanggroe Aceh Darussalam. Semasa hidupnya, Teuku Markam terus berjuang membela tanah air dan kemudian meninggal pada tahun 1985.

4. Lima kali ganti nama

Sebelum Tugu Monas ini disahkan, wilayah atau lapangan di mana Monas berada ternyata sudah mengalami 5 kali pergantian nama. Mulai dari Lapangan Gambir, Lapangan Ikada, lapangan Merdeka, Lapangan Monas, dan Taman Monas.

5. Pelataran puncak Pelataran di puncak Monas luasnya 11x11 meter yang dapat dinaiki pengunjung secara bergantian. Dari pelataran tersebut, pengunjung dapat memandang gedung-gedung tinggi di Kota Jakarta.

Bahkan kalau langit cerah, pengunjung bisa melihat Gunung Salak di jawa Barat, juga dapat melihat Laut Jawa dan Kepulauan Seribu, lo.