“Duung, cepat dong!” seru Bobo. Mereka akan mancing bersama. “Tunggu! Aku sedang menghitung cacing-cacingku. Satu… dua… tiga…” Bobo berteriak geli, “Iiih.. Dung-Dung…”
“Dung, kalau terlalu siang, nanti kita kepanasan!” Bobo mulai tak sabar. “Sabar, Bo! Mata kailku tadi ada 6. Kok kurang satu, ya? Satu… dua… tiga…” Dung-Dung menghitung lagi.
Akhirnya mereka jadi juga memancing. Bobo sibuk memasang cacing plastik di mata kailnya. Ia siap memancing. “Satu… dua… “ Wah, Dung-Dung malah sibuk menghitung bebek.
“Asyiik!” seru Bobo girang. Tali pancingnya bergerak-gerak. Ia berhasil menangkap ikan. “Satu… dua… tiga… empat… Ah, ada empat capung!” teriak Dung-Dung.
“Hahaha… ikannya lumayan besar. Emak pasti senang!” Bobo meletakkan ikan hasil pancingannya di keranjang. “Wah, banyak kodok!” teriak Dung-Dung. “Satu… kwok, dua… kwok…, tiga… kwok…” Dung-Dung menghitung kodok. Ia ikut melompat dan meniru suara kodok.
“Bo, hari ini aku senang sekali. Aku sudah menghitung 5 bebek, 4 capung, dan 6 kodok! Oh ya… satu… dua! Dua ikan!” Dung-dung menghitung ikan hasil tangkapan Bobo.
“Iya! Tapi jumlah ikanmu… nol!” Bobo menunjuk keranjang Dung-Dung. “Yaaa… aku lupa memancing!” Dung-Dung sedih. Untunglah Bobo mau memberinya seekor ikannya.
Sumber: Arsip Bobo, Cerita: Rudi/Vanda, Ilustrasi: Rudi