Wow, Ada Capung Betina yang Jago Akting

By Eka Kartika, Kamis, 18 Mei 2017 | 05:15 WIB
Capung southern hawker (aeshna cyanea), Foto: wikipedia (Eka Kartika)

Mempelajari bagaimana ciri–ciri hewan dalam bertahan hidup memang menyenangkan. Sebab berbagai cara untuk mempertahankan diri seringkali dipergunakan oleh mereka, dari berkamuflase dengan lingkungan sekitar, bahkan ada juga yang jago akting, berpura – pura mati seperti yang dilakukan oleh capung betina Moorland Hawker (Aeshna juncea) ini.

Capung betina mandiri

Capung betina moorland hawker tidak seperti capung betina lainnya yang akan dijaga pejantan setelah bertelur. Capung ini cenderung lebih mandiri, karena setelah bertelur di tempat tersembunyi, ia akan terbang mencari makan sendiri dan melanjutkan hidupnya.

 

Akting berpura – pura mati untuk menghindari capung jantan

Tak seperti bunglon yang akan merubah warna, mengikuti lingkungan saat ia merasa terancam bahaya. Capung betina Moorland Hawker akan menjatuhkan diri dan, berpura – pura mati ketika dikejar oleh satu atau dia capung jantan yang tak diinginkan. Untuk menjatuhkan diri, capung betina lebih memilih tanah atau semak – semak dibandingkan di lahan terbuka.

Sayangnya, tidak semua capung jantan bisa dikelabui oleh strategi itu, teman – teman. Sebab dari pengamatan Rassim Khelifa, dari 35 betina yang ia amati, sebanyak 27 jatuh ke tanah dan hanya 21 diantaranya yang berhasil mengelabui pejantan. Sedangkan capung betina yang tetap nekat terbang, akan disergap oleh pejantan.

Mengapa harus menjatuhkan diri? Sebab seekor capung jantan yang sedang mengudara, hanya dapat mendeteksi lingkungannya dari gerakan dan warna. Sehingga dengan menjatuhkan diri, atau diam di tanah maupun semak – semak, maka capung betina dapat menyembunyikan diri dari pandangan capung jantan.

Siapakah Rassim Khelifa

Rassim Khelifa, salah seorang murid Phd di Department of Evolutionary Biology and Environmental Studies dari Universitas Zurich. Ialah yang pertama kali menemukan fenomena jika capung betina Moorland Hawker dapat berpura – pura mati. Ia tidak sengaja menemukan perilaku capung tersebut, ketika sedang mengumpulkan telur capung Aeshna Juncea di pegunungan Alpen. Tujuannya mengamati telur – telur tersebut ketika diletakkan pada temperatur yang berbeda di laboratoriumnya, untuk mempelajari efek perubahan iklim pada capung. Hasil penelitiannya tersebut ditulis dalam jurnal Ecology.