Lonceng Raksasa di Museum Aceh

By Sigit Wahyu, Jumat, 12 Mei 2017 | 03:15 WIB
Sumber foto: riqialf.blogspot.com (Sigit Wahyu)

Cakra Donya adalah lonceng raksasa koleksi Museum Aceh. Lonceng besi berbentuk stupa ini buatan China pada tahun 1409 M.

Terbesar dan tertua di Indonesia

Lonceng Cakra Donya tingginya 125 cm dan lebar 75 cm. Menurut sejarah, lonceng ini diberikan oleh kerajaan China melalui Laksamana Cheng Ho sebagai ikatan persahabatan antara kerajaan China dengan Kerajaan Aceh.

Lonceng Cokra Donya merupakan lonceng terbesar dan tertua di Indonesia.

Tanda persahabatan

Cakra berarti poros kereta, lambang-lambang Wishnu, cakrawala atau matahari. Sedangkan Donya berarti dunia. Pada bagian luar Cakra Donya terdapat hiasan dari simbol-simbol aksara China dan Arab. Aksara China bertuliskan Sing Fang Niat Tong Juut Yat Kat Tjo, sedangkan aksara Arab tidak dapat dibaca lagi karena telah aus. 

Lonceng ini merupakan tanda persahabatan antara kaisar China dan kerajaan Aceh. Lonceng ini juga pernah digantungkan dalam penyerbuan pasukan Aceh terhadap Portugis di Malaka.

Cakra Donya (Cakra Dunia) juga menjadi nama sebuah kapal perang Sultan Iskandar Muda (1607-1636).

Peunayong adalah bagian dari wilayah kota tua Banda Aceh yang didesain Belanda sebagai Chinezen Kamp alias Pecinan. Aceh yang kini menjadi sebuah Provinsi di ujung barat Sumatra, Indonesia. Sebagai wilayah yang mayoritas muslim, sangat menjunjung tinggi perbedaan dan toleransi beragama. Kota Banda Aceh, sebagai kota madani, kini juga memiliki empat Vihara. Semuanya berada di wilayah Peunayong, yang merupakan pusat etnis China berada. Yaitu Vihara Dharma Bhakti, Vihara Dwi Samudera, vihara Sakyamuni dan Vihara Maitri. Semua akan melakukan ritual ibadah dan melakukan perayaan. Seperti membakar Dupa (hio) dan perayaan-perayaan lainnya. Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/ariful76/lonceng-cakra-donya-peradaban-aceh-dan-toleransi-beragama_57745f14547b61aa0cb37437

Lonceng Cakra Donya menjadi bukti sejarah terjalinnya persahabatan antara bangsa Aceh dan bangsa China.

Teks: Tere, Foto: riqialf.blogspot.com