“Tungguuu!” teriak Kutu Buku. CIIIITTTT! Bis berhenti. Kutu Buku buru-buru naik. “Huh, minggu ini sudah tiga kali kamu terlambat. Kalau besok terlambat lagi, akan kutinggal!” omel Pak Supir kesal.
“Besok aku tidak terlambat deh, Pak,” janji Kutu Buku. “Semalam aku tak bisa berhenti membaca buku seru ini! Paginya jadi sulit bangun,” keluh Kutu Buku pada Bobo. Hmm… Bobo berpikir sebentar.
Pulang sekolah, Bobo main ke rumah Kutu Buku. “Uuuh… karena sering kubaca, halaman buku ini jadi banyak yang lepas!” keluh Kutu Buku. Aha! Bobo dapat ide. “Sini!” Ia mengambil buku Kutu Buku.
Bobo membagi buku itu menjadi beberapa bagian tipis. Lalu menyimpannya di dalam lemari. ”Nah, ini jatah bacamu hari ini. Setiap hari satu saja!” Bobo memberikan satu bagian buku.
“Wow! Kamu jenius, Bo!” puji Kutu Buku.
Namun, Bobo tetap tak yakin besok Kutu Buku bisa bangun pagi. Saat Kutu Buku sudah asik membaca, Bobo mengutak-utik jam Kutu Buku.
Esok harinya, bis sekolah datang. Wah, kali ini ternyata Kutu Buku sudah lebih dulu berdiri di tepi jalan. Ia naik bis dengan kesal. “Wah, si tukang telat tidak terlambat hari ini!” puji Pak Supir.
“Huuh! Bapak yang terlambat hari ini!” omel Kutu Buku sambil mencari tempat duduk. “Hah?” Pak Supir melihat jam tangannya dengan bingung. Ia tepat waktu kok…
“Pak Supir terlambat lima menit menurut jam di kamar Kutu Buku,” jelas Bobo. “Hah?” Pak Supir dan Kutu Buku memandang Bobo tak mengerti.
Sumber: Arsip Bobo, Cerita: aLiNy, Gambar: Rudi