Berita Pagi, Berita Baik

By Sylvana Toemon, Sabtu, 28 April 2018 | 02:00 WIB
Berita Pagi Berita Baik (Sylvana Toemon)

Fajar mulai merekah, kokok ayam jantan terdengar. "Kuuu kuuuuu rruuuu yuuuk!"

Dering weker pun turut meramaikan suasana pagi. Bagai dikomando, Dina dan Novi membuka mata. Kakak beradik itu tidur di satu tempat tidur. Tercium harum gula merah dari dapur.

"Waaah, getuk singkong lagi!" keluh Novi. Dina menguap dan berkata, "Sudahlah, masih untung ada sarapan pagi!"

"Tapi aku bosan makan singkong. Kapan, sih, kita bisa seperti dulu. Sarapan dengan nasi goreng sosis, roti keju, atau pizza dengan daging giling!" keluh Novi lagi.

"Ah, aku bosan dengar keluhanmu. Tiap pagi mengeluh! Kita harus bersyukur, tahu! Ayo cepat bangun! Nanti telat ke sekolah!" kata Dina.

Setelah selesai mandi dan berpakaian, kedua anak itu menuju meja makan. Benar saja. Ibu sudah menyediakan teh manis dan getuk singkong. Namun, apa itu yang tersandar di samping piring? Dina dan Novi masing-masing mendapat sehelai karton berwama merah jambu. Di atasnya ada tempelan kertas dan tulisan. Juga ada pita dan tempelan gambar warna-warni.

"Apa ini, Bu?" Dina dan Novi cepat-cepat duduk, lalu meraih karton itu. Dina dan Novi membacanya.

 BERITA PAGI
Kata-kata Mutiara:
Hati yang gembira adalah obat, tapi semangat  yang patah mengeringkan tulang.
Cerita:
Seorang yang malu bertanya, naik pesawat terbang. Ketika disediakan makanan dan minuman oleh pramugari, ia tak mau makan dan minum. Ketika turun dari pesawat, ia dijemput oleh saudaranya. Saudaranya bertanya, "Disediakan makanan apa di pesawat? Apa makanannya enak?"
 Orang itu menjawab, "Saya tidak makan. Takut nanti harus bayar mahal!"
Saudaranya tertawa dan menjelaskan bahwa harga tiket pesawat sudah termasuk makanan yang dihidangkan. Jadi tak perlu bayar lagi.
Kesimpulan: Kalau tak tahu, harus bertanya. Jangan diam saja, nanti rugi sendiri. ^
UJi pengetahuan:
-Berapa jumlah kaki nyamuk?
-Apa ibu kota Provinsi Sumatera Selatan?
Sampai jumpa dalam Berita Pagi besok. 

"Waaah, bagus sekali. Aduuuuh, aku jadi ingin cepat-cepat pagi!" komentar Dina.

Ibu yang berdiri di dekat meja tersenyum.

"Nan, ayo sarapan dulu. Ibu sengaja membuat ini supaya kalian menyambut pagi hari dengan semangat. Kita harus bersyukur pada Tuhan atas hari yang baru," kata Ibu. Novi masih memegang karton itu.

"Ayo, Novi, sarapan dulu!" Ibu mengingatkan.

"Ibukota Sumatera Selatan adalah Palembang. Tapi, kaki nyamuk berapa, ya? Novi belum ngitung, sih!" kata Novi. 

"Enam, Vi!" sahut Dina.

"Ah, masa? Bukan delapan?" Novi ragu.

"Setiap serangga berkaki enam. Kalau tidak percaya, pinjam buku saja buku di perpustakaan tentang serangga. Atau tangkap nyamuk, lalu hitung kakinya!" kata Dina sambil mengambil getuk. Novi juga makan. Hmm, getuk itu terasa nikmat sekali.

"Besok bikin cerita kancil, ya, Bu?" kata Novi.

Ibu mengangguk dan tersenyum. la gembira karena pagi itu anak-anaknya bersemangat.

"Bu, ini aku bawa ke sekolah, ya. Ririn dan Mimi pasti suka membaca ini!" kata Dina.

"Novi juga mau bawa ke sekolah!" kata Novi.

"Bu, teman Dina ada yang pintar mengarang. Boleh, ya kalau dia kirim karangan pendek. Nanti Ibu yang tolong ketik!" usul  Dina.

"Ooh, bagus. Kirim teka-teki atau kata-kata mutiara juga boleh!" kata Ibu.

Demikianlah, kedua anak itu  berangkat ke sekolah dengan membawa Berita Pagi.

Esok harinya, ketika weker berdering, Novi tidak lagi ribut soal sarapan pagi. la melompat bangun dan berkata, "Kak, aku mau berangkat lebih pagi ke sekolah. Kawan-kawan banyak yang mau membaca Berita Pagi!"

Dina tersenyum. Berita Pagi adalah berita baik. Adiknya sudah tidak mengeluh.

"Hei, kamu sudah yakin kaki nyamuk ada enam?" tanya Dina sambil melipat selimut.

"Sudah. Kemarin Ipong menangkap nyamuk. Lalu aku, Mita, dan Kimo menghitung kakinya!" jawab Novi.

"Hari ini apa ya uji pengetahuann ya?"

"Lihat saja nanti. Teman-temanku malah mau mengirim naskah," kata Dina.

Kedua anak itu lalu bergegas mandi. Tidak jadi masalah, apapun sarapan pagi yang disediakan. la bersemangat menyambut pagi. Karena ada Berita Pagi yang disediakan Ibu.

Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Widya Suwarna.