Rumus Keberhasilan

By Sylvana Toemon, Rabu, 14 Maret 2018 | 02:00 WIB
Rumus Keberhasilan (Sylvana Toemon)

Hari ini  Pak Ober, pengusaha kaya, berulang tahun. Pada malam hari, ia mengadakan pesta di antara keluarga dan kawan-kawan. Namun, siang harinya ia mengadakan acara istimewa sendiri.

Pak Ober berjalan menuju ke kolong jembatan. Ada pemulung yang sedang membereskan kertas dan karton. Beberapa orang sedang berjudi dan ada juga orang-orang yang sedang tidur pulas, tidak menghiraukan hiruk-pikuk suasana. Pak Ober mendekati gelandangan muda yang sedang duduk termenung seorang diri. Pakaiannya lusuh dan rambutnya kusut dan gondrong.

"Siapa namamu? Ikutlah aku. Aku akan menraktirmu makan siang di restoran!" kata Pak Ober.

"Namaku Helmut. Mengapa Bapak mau menraktirku?" tanya Helmut. Wajahnya yang kumal dan berjenggot menampilkan rasa heran dan kuatir.

"Hari ini aku berulang tahun ke-50. Aku ingin ada orang yang menemaniku makan siang dan berbincang-bincang! Hanya itu saja, tak ada maksud lain!" kata Pak Ober.

Melihat raut wajah Pak Ober yang  baik dan kata-katanya yang ramah, Helmut mengangguk. Mula-mula Pak Ober mengajak Helmut ke tukang pangkas. DI sana, wajah Helmut dicuci, rambut dan jenggotnya dipangkas. Pak Ober lalu membelikan celana panjang, kemeja, dan sepatu untuk Helmut.

Pak Ober menyuruh Helmut melihat dirinya di kaca etalase sebuah toko. Helmut tersenyum. Rasanya ia menjadi seseorang yang lain. Mereka berdua makan di restoran besar. Wah, sudah lama Helmut tidak menikmati makanan selezat itu. Ia makan dengan lahap.

"Senang benar bila menjadi orang kaya seperti Bapak!" kata Helmut.

Pak Ober tersenyum.

"Menjadi anak muda juga menyenangkan. Punya badan sehat, tenaga penuh, dan kesempatan terbuka luas untuk berhasil. Lebih mudah belajar ketimbang orang yang sudah tua," kata Pak Ober.

"Ah, walaupun muda, hidupku susah. Untuk makan sehari-hari saja harus menunggu belas kasihan orang!" keluh Helmut.

"Itu kemarin. Mulai hari ini tidak lagi. Aku akan memberikanmu rumus supaya kamu berhasil," kata Pak Ober.

Helmut meneguk minumannya dan menyeka mulutnya. Perutnya sudah kenyang dan ia sangat berminat mendengarkan kata-kata Pak Ober. Bagi Helmut, Pak Ober adalah orang kaya aneh yang baru dikenalnya.

"Maaf, Pak, sebelumnya aku ingin bertanya. Mengapa justru Bapak mengajak aku untuk makan siang dan bukan orang lain?" tanya Helmut.

Pak Ober tersenyum. "Ah, kebetulan saja. Tiba-tiba saja hari ini aku ingin pergi ke kolong jembatan dan mengajak seseorang makan siang. Kebetulan aku bertemu dengan kamu," jawab Pak Ober. Ia lalu menjelaskan rumus rahasianya. 

"Oh, ya, rumus keberhasilan itu mudah diingat. Pertama, carilah Tuhan dulu dan rajin berdoa. Kemudian rajin bekerja. Jangan biarkan tanganmu menganggur. Lalu rajin belajar dan manfaatkan kesempatan yang ada. Otakmu harus terus memikirkan hal-hal yang baik. Kalau uangmu belum banyak, engkau harus sangat berhemat. Jika tidak benar-benar perlu, jangan keluarkan uang!" kata Pak Ober.

Helmut menghafalkan kata-kata itu. Tak lama kemudian, mereka berdua berpisah. Sebelum berpisah, Pak Ober berkata, "Tahun depan kita akan bertemu di restoran ini pada jam yang sama dan kita akan bercerita lagi.”

Helmut kembali ke kolong jembatan. Rekan-rekannya heran. Mereka menyuruh Helmut menjual pakaian barunya dan mentraktir mereka minum-minum. Namun Helmut tidak mau. Helmut menyendiri dan berdoa. Ia mohon agar Tuhan memberinya pekerjaan. la teringat, kadang ada orang suka berdiri di pinggir jalan, di bawah pohon. Mereka menggantungkan karton di dadanya dengan tulisan: TOLONG BERIKAN AKU PEKERJAAN.

Segera Helmut mencari karton dan tali. Ia menuliskan kalimat itu di karton, menggunakan arang yang dipungutnya di jalan. Benar saja. Tak lama kemudian, sebuah mobil berhenti. Pengemudinya adalah pemilik perusahaan warung. Namanya Pak Donato. Helmut diajak ke sebuah pesta pemikahan. Pak Donato memberinya tugas mengambil piring-piring dan gelas yang kotor. 

Sore itu, Helmut mendapat uang. Ia mengantongi uangnya dengan hati senang. Ia juga menawarkan diri untuk bekerja di perusahaan katering Pak Donato. Helmut langsung diterima. 

Setelah beberapa hari bekerja, Helmut berpikir, "Aku selalu berdoa dan bekerja, tapi aku belum belajar. Kata Pak Ober, aku harus belajar juga!"

Bulan berikutnya, Helmut mengikuti kursus memasak. Sekarang ia merasa senang, karena punya  pekerjaan, simpanan uang, dan ia sedang belajar. Di tempat kerjanya, ia rajin membantu koki. Pak Donato sayang kepadanya karena ia rajin bekerja.

Sayangnya, ada karyawan katering yang iri hati pada Helmut. Ketika Helmut membuat sambal untuk sebuah acara pesta, kawannya memasukkan kecoak mati ke mangkuk sambal itu. Tamu pesta menemukan kecoak itu dan terjadi kegemparan. Walau tidak bersalah, Helmut terpaksa dipecat Pak Donato. 

Maka Helmut harus mulai dari awal lagi. la membeli bahan-bahan untuk membuat kue dari uang pesangon pemberian Pak Donato. Helmut membuat kue, lalu menjajakan kuenya. la juga mengunjungi Pak Donato dan menawarkan kuenya.

Pak Donato sebetulnya tahu kalau Helmut tidak bersalah. Namun, ia terpaksa mengeluarkan Helmut karena belum tahu siapa yang tidak suka pada Helmut. Ia khawatir nama baik kateringnya akan semakin memburuk karena ulah karyawannya yang ingin mengisengi Helmut. 

Jadi Helmut mendapat pesanan kue yang cukup banyak dari Pak Donato. Karena tidak bisa mengerjakan sendiri, ia mencari pembantu. Sekarang, ia bisa berusaha dengan tenang. la terus ingat nasihat Pak Ober: Berdoa, bekerja, belajar, hemat, dan memanfaatkan kesempatan. Helmut juga mencari pesanan dari tempat lain dan mengembangkan usahanya.

Setahun kemudian, sesuai janjinya, ia bertemu Pak Ober lagi di restoran. la membawakan kue buatannya dan menceritakan pengalamannya. Setelah selesai makan, dan mereka akan berpisah, Pak Ober berkata, "Tahun depan kita tidak bertemu lagi di sini. Kau kuundang ke pesta ulang tahun di  rumahku!"

"Kalau aku berulang tahun, aku akan mengundang Bapak di rumah makan yang sederhana. Dan aku juga akan mengundang makan seorang gelandangan dan membagikan rumus keberhasilan!" kata Helmut.

"Itu ide yang bagus. Aku pun akan membagikan rumus keberhasilan ini pada orang-orang lain yang belum berhasil. Tidak setahun sekali, tapi kapan saja aku sempat melakukannya!" kata Pak Ober.

Kedua orang itu pun berpisah. Helmut yang dulu gelandangan, kini sudah jadi pengusaha kue kecil-kecilan. Itu terjadi karena ada seseorang yang mau mendekatinya. Apakah kamu mau mendekati kawan-kawanmu yang kurang beruntung dan memberikan sesuatu pada mereka?

Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Widya Suwarna.