Sesudah Suatu Kegagalan

By Sylvana Toemon, Selasa, 24 April 2018 | 02:00 WIB
Sesudah Kegagalan (Sylvana Toemon)

"lya, kalau aku tidak ngambek tadi pagi, mungkin aku bisa mandi dengan tenang, sarapan dan kemudian tidak tergesa-gesa ke tempat lomba!" Ipong mengakui.

"Rumah kita satu kompleks, kita bisa pulang sama-sama!" kata Ipong.

"Ya, tapi aku tak mau pulang sekarang, rugi!" kata Aris. "Aku mau melihat cara rekan-rekan kita bertanding dan memerhatikannya. Kata ibuku kalau kita gagal kita harus bangkit dan berusaha lebih giat! Kegagalan sesungguhnya adalah awal keberhasilan kalau kita mau memperbaiki diri!"

"Benar juga. Kalu begitu kita kembali saja ke lantai 3!" Ipong setuju.

"Bagus juga kalau kita singgah dulu ke toko buku, beli bolpoin dan buku kecil untuk mencatat langkah-langkah para juara!"

"Ya, omong-omong ada juga hikmahnya kegagalan kita ini. Aku jadi kenal kamu. Lain kali kita bisa sama-sama latihan catur. Selama ini kita tinggal satu kompleks perumahan, kita saling berselisih jalan, hanya memandang wajah, tidak bertegur sapa!" kata Aris.

"Aku punya beberapa buku catur di rumah, kamu bisa pinjam!"

"Wah, bagus sekali. Terima kasih!" kata Ipong dengan ceria.

Perutnya sudah kenyang, semangatnya sudah timbul, dan rasa kecewanya sirna. Kesadaran baru muncul bahwa tidak seharusnya ia menyalahkan Ibu dan Paman Dani, karena ia sendiri yang salah.

Kedua anak itu keluar keluar dari restoran, singgah ke toko buku dan naik ke lantai 3. Ipong dan Aris menonton lomba catur dengan penuh perhatian. Sesekali mereka mencatat. Sesudah suatu kegagalan, selalu kita bisa memiliki semangat baru.

Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Widya Suwarna