Pejuang Literasi di Nusantara 1

By willa widiana, Kamis, 25 Mei 2017 | 01:57 WIB
Ibu Ida, pendiri Klub Baca Perempuan. (willa widiana)

Beberapa waktu lalu, Bobo datang ke acara #AkuBaca Gerakan Literasi untuk Nusantara. Di acara itu, Bobo bertemu dengan ‘pejuang literasi’ dari seluruh Indonesia. Para ‘pejuang literasi’ itu tanpa lelah menyebarkan buku ke pelosok nusantara dengan satu tujuan, mencerdaskan anak-anak bangsa Indonesia.

Pak Nasarudin Kamarullah – Halmahera

Pak Nasarudin merupakan salah satu orang yang mendirikan taman bacaan di Halmahera. Taman bacaan yang dikelolanya kini sudah ada sembilan buah dan tersebar di enam kecamatan. Taman bacaan yang paling jauh ada di Pulau Obi. Untuk menjangkau daerah ini, para Pak Nasarudin harus menempuh perjalanan selama sehari – semalam.

Buku yang ada di taman bacaan milik Pak Nasarudin kebanyakan berasal dari sumbangan. Setiap sebulan sekali, Pak Nasarudin selalu menukar buku yang ada di satu taman bacaan dengan buku yang ada di taman bacaan lainnya. Jadi, semua buku bisa terbaca oleh semua orang yang ada di sekitar taman bacaan.

Oiya, Pak Nasarudin juga bekerja sama dengan rumah makan yang ada di kota. Biasanya, rumah makan itu akan menyumbang Rp.1.ooo dari satu makanan yang mereka jual. Nah, uangnya digunakan untuk membeli buku baru atau memperbaiki fasilitas di taman bacaan.

Ibu Ida – Lombok

Ibu Ida adalah seorang pemilik usaha laundry, sekaligus pendiri Klub Baca Perempuan. Klub baca yang menyasar anak-anak dan perempuan ini sudah ada sejak 2007-an. Kini, klub bacanya sudah ada 24 cabang. Jumlah bukunya juga sudah mencapai 17.000 buah.

Sebelum mendirikan Klub Baca Perempuan, Bu Ida selalu mengisi rak di tempat laundrynya dengan buku. Orang-orang yang datang ke sana bisa membaca atau meminjam buku tersebut secara gratis. Oiya, Bu Ida juga selalu menyelipkan buku saat mengantar pakaian yang sudah di laundry. Buku itu akan dipinjamkan kepada orang yang ingin membacanya. Keren, ya!

Dari Klub baca Perempuan itu, terlahirlah Relawan Kanca (kumpulan anak pecinta baca). Anak-anak yang tergabung di dalam kanca biasanya datang ke taman bacaan setiap sore. Selesai membaca, para relawan kanca akan membawa buku untuk dipinjamkan kepada teman-temannya di sekolah. Konon, di sekolah mereka bahan bacaannya hanya sedikit.

Pembahasan tentang ‘pejuang literasi’ akan dilanjutkan ke artikel berikutnya, ya!

Foto: kompas.com