Pejuang Literasi di Nusantara 2

By willa widiana, Kamis, 25 Mei 2017 | 01:59 WIB
Pak Ridwan dan perahu pustakanya. (willa widiana)

Selain Pak Nasarudin dan Ibu Ida, Indonesia juga punya dua pejuang literasi yang lain.

Ibu Heni – Yogyakarta

Ibu Heni dibesarkan di dalam keluarga yang cinta baca. Karena kecintaannya terhadap membaca, Ibu Heni pun mengajak orang-orang disekitarnya supaya gemar membaca. Caranya dengan mengubah perpustakaan keluarga menjadi perpustakaan umum.

Usaha Ibu Heni tak berhenti sampai di situ, ia mulai menjajakan buku bacaan ke berbagai tempat menggunakan motor. Kegiatan itu dilakukan tiga kali dalam seminggu. Oiya, Buku yang dijajakan itu bisa dipinjam secara gratis.

Selain meminjamkan buku, Ibu Heni juga membuat kegiatan lain, misalnya membaca nyaring, membaca cerita bersama, dan masih banyak lagi. Kegiatan Ibu Heni mengundang banyak orang untuk menyumbangkan buku. Kini, koleksi buku di tempatnya sudah banyak sekali.

Pak Ridwan – Sulawesi Barat

Sejak 2015, Pak Ridwan mendirikan perahu pustaka. Perpustakaan unik ini biasanya menjangkau pulau-pulau kecil yang tidak bisa dijangkau dengan kendaraat darat. Rencananya, perahu pustaka ini akan menyebarkan bacaan hingga ke pulau-pulau kecil di Kalimantan.

Selain perahu pustaka, Pak Ridwan juga menyebarkan ‘virus membaca’ menggunakan ATV. Relawan yang menjalankan ATV ini biasanya membawa 2 buah ransel berisi ratusan buku. Ia akan berkeliling ke sekolah-sekolah saat istirahat tiba. Kadang, tempat lain yang banyak dikunjungi anak-anak (seperti taman) juga menjadi incaran.

Oiya, ATV penyebar ‘virus membaca’ ini pernah sampai ke Palu, lo. Untuk mengunjungi tempat ini, pengendara ATV harus menempuh jarak 800 kilometer selama tiga hari.

Nah, Temna-teman, itulah beberapa pejuang literasi di Nusantara yang berhasil Bobo temui di acara #AkuBaca beberapa waktu lalu.  Selain mereka berempat, masih ada pejuang literasi lain yang bekerja keras menyebarkan buku demi meningkatkan ‘virus baca’, ada yang menggunakan kuda sebagai perpustakaan dan ada juga yang menggunakan bemo.

Foto: perahupustaka.om, tribunnews.com, willa