Sigale-gale sebenarnya adalah boneka yang tampil dibalut pakaian adat Batak, lengkap dengan kain ulos. Boneka ini ditampilkan dengan cara digerakkan serupa gerak tarian. Ukuran boneka ini bisa sebesar manusia loh!
Keluarga yang meninggal
Boneka Sigale-gale biasanya sering dijumpai di depan rumah tradisional warga Pulau Samosir. Sigale-gale sengaja dibuat untuk mengenang anggota keluarga yang sudah meninggal. Boneka Sigale-gale akan menari saat dilantunkan musik ritual Batak. Desa Tomok merupakan satu tempat di mana tari Sigale-gale ini masih terus dilestarikan.
Dimasuki roh
Masyarakat percaya bahwa pada jaman dahulu boneka Si Gale-gale bisa dimasuki roh orang yang meninggal sehingga boneka ini akan menari. Saat ini, butuh dua atau tiga orang untuk menggerakkan sigale-gale. Tubuh Sigale-gale digerakkan dengan benang yang jumlahnya sama dengan jumlah urat di tubuh manusia. Kepala bisa diputar ke samping kanan maupun kiri, mata dan lidahnya dapat bergerak.
Cerita di balik boneka Sigale-gale
Boneka Sigale-gale memiliki beberapa versi cerita yang melatarbelakangi sejarah kemunculan Sigale-gale. Versi yang pertama dan yang paling dipercaya adalah kisah anak dari seorang raja setempat yang meninggal disaat perang. Orang tua raja tersebut tidak ikhlas akan kematian anaknya ini. Dibuatlah sebuah boneka kayu yang merupakan perwujudan anak sang raja sekaligus diberi nama yang sama, yaitu Manggale.
Versi cerita yang lain adalah, ada sepasang suami istri yang tidak dikaruniai keturunan. Sang suami kemudian pergi ke hutan dan menemukan sebuah boneka mirip anak perempuan. Ia mengubahnya menjadi seorang anak manusia yang diberi nama Nai Manggale karena suami ini berprofesi sebagai dukun. Nai Manggale dirawat dan menari disamping jenazah suami-istri tersebut ketika mereka meninggal.
Saat ini hanya sedikit rumah yang memiliki Sigale-gale. Jika ingin melihat boneka Sigale-gale, bisa datang ke Museum Wayang, Jakarta Kota.