Pahlawan Kebun

By Putri Puspita, Jumat, 2 Juni 2017 | 02:39 WIB
Pak Made yang suka berkebun. Foto: glorialimbong.files.wordpress.com (Putri Puspita)

Pak Made adalah tukang kebun di sekolah kami. Namun, kami lebih senang memanggilnya “Pahlawan Kebun”. Pak Made sudah tua, seumuran kakekku, tapi ia selalu ceria. Setiap pagi, Pak Made akan menyiram tanaman, memupuk, dan segala kegiatan merawat tanaman di kebun sekolah kami.

Sudah beberapa kali aku tidak melihat Pak Made ada di sekolah. Kebun pun rasanya tak terawat seperti biasaya.

“Bu, Pak Made ke mana yah?” tanyaku kepada Bu Putu, wali kelas 5.

“Wah, Pak Made lagi sakit, harus berobat ke Denpasar Dek,” kata Bu Putu.

Aku sedih sekali mendengar Pak Made sakit, bahkan sampai harus ke Denpasar, artinya sakitnya pasti tidak main-main.

Keesokan harinya, Pak Made masih belum masuk ke sekolah. Tanaman di kebun pun mulai layu. Hmm… aku tidak boleh diam saja. Walaupun tidak bisa membantu kesembuhan Pak Made di Denpasar, tetapi aku dan teman-teman bisa membantu merawat kebun. Apalagi Pak Made pernah mengajarkan cara menanam, menyiram, memupuk, bahkan sampai mencangkok.

Ah, aku bilang saja pada ketua kelas.

“Gung, kita bersih-bersih dan rawat kebun lagi yuk. Kasihan Pak Made, sudah capek merawat, tetapi karena sakit, kebun jadi rusak,” kataku

“Wah Dek, ide bagus! Aku setuju! Ayo kita beri tahu teman-teman,” kata Agung bersemangat.

Kami pun segera memberi tahu teman-teman, mulai dari teman-teman sekelas. Kami membuat jadwal harian kelompok untuk merawat kebun. Untuk Jumat ini, kami juga ingin mengganti tanaman yang rusak menjadi tanaman baru.

Senang sekali rasanya melihat kebun indah lagi. Ada daun dan bunga-bunga segar bermekaran satu per satu. Sama seperti saat Pak Made merawatnya. Kami beri papan kayu bertuliskan “Untuk Pahlawan Kebun” di kebun kelas 5.

Aku semakin senang karena apa yang kami lakukan ditiru oleh kelas-kelas yang lain, mulai dari kelas 6, lalu kelas 4, bahkan sampai kelas 1. Sekarang, semua suka merawat kebun di depan kelasnya. Semua jadi Pahlawan Kebun.

Walaupun Pak Made tidak pernah kembali setelah itu, Pak Made pasti tahu bahwa kebun-kebun di sekolah kami masih terawatt dengan baik. Kami mengirimkan foto kepada Pak Made yang memutuskan pindah tinggal bersama anaknya di Denpasar karena harus menjalani perawatan yang lama.

Tidak apa-apa. Kita semua bisa jadi Pahlawan Kebun, seperti Pak Made