Saking senangnya ketika diajak ke pasar, aku sampai lupa menanyakan pohon apa yang ingin ditanam kakek.
“Kakek, mau beli bibit pohon apa?” tanyaku berbisik.
“Trembesi,” jawab kakek singkat.
“Ini pesanannya Kek,” tiba-tiba pemilik toko datang membawa bibit pohon trembesi.
Ternyata kakek sudah memesan sebelumnya dan sekarang tinggal mengambil. Setelah mendapat bibit, kamipun segera meningalkan toko itu.
Kakek mengayuh sepedanya dan aku mengikuti dari belakang. “Hmm, pasti pulang dan menanam,” begitu pikirku.
Ternyata, Kakek berbelok ke arah yang berbeda dari rumah. Aku mulai bingung, tetapi tetap mengikuti kakek. Sepertinya aku mengenal jalur ini. “Ini jalur ke kuil,” kataku sendiri.
Benar ternyata. Kakek memarkir sepeda di depan kuil. Aku pun ikut kakek.
“Kek, kenapa ke kuil?” tanyaku.
“Kan mau menanam pohon,” kata kakek.
“Oh astagaa, aku pikir kita akan tanam di rumah,” kataku.
“Walah dek. Trembesi ini akan lebih hidup dan berkembang di halaman yang luas,” kata Kakek.